Faisal Basri : Pajak Jangan Cuma Kejar Pengusaha, Jika Laba 2 BUMN Besar Melemah

Bareksa • 24 Nov 2017

an image
Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menjawab pertanyaan wartawan di sela-sela Diskusi Panel SARA, Radikalisme, dan Prospek Ekonomi Indonesia 2017 di Graha CIMB Niaga Jakarta, 23 Januari 2017.

Hal itu disampaikan Faisal dalam outlook economy dengan tema “Navigating Through 2018 & Beyond”

Bareksa.com - PT BNP Paribas Investment Partners (BNP Paribas IP) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2018 di kisaran 5,2 - 5,3 persen. Tahun politik di 2018 justru akan berpengaruh positif terhadap perekonomian.

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang akan melibatkan 171 daerah pada 2018 mendatang diprediksi akan sumbang pertumbuhan sebesar 0,1 - 0,2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sebab momentum politik biasanya meningkatkan likuiditas yang berpengaruh pada daya beli konsumen.

Dalam outlook economy yang mempunyai tema “Navigating Through 2018 & Beyond” menghadirkan narasumber Yunarto Wijaya, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia serta Ekonom Senior, Faisal Basri, serta moderator yang berasal dari kalangan jurnalis senior yakni Najwa Shihab. (Baca Juga : BNP Paribas Memprediksi IHSG Tahun Depan Tembus 6.600)

Soroti Shortfall Pajak

Dalam seminar tersebut, Faisal Basri menyoroti jika penerimaan negara melalui pajak sangat wajar jika belum tercapai.

Menurut penelusuran Bareksa, per Agustus 2017, realisasi penerimaan pajak negara baru mencapai 52,6  persen dari target. (Baca Juga : Per Agustus Penerimaan Pajak Baru 52,6 Persen, Berapa Angka Defisit Anggaran?)

Menurut Faisal, salah satu aspek yang menyebabkan pajak tahun ini sukar untuk dipenuhi ialah menurunnya laba bersih dua BUMN besar penyumbang pajak terbesar bagi Indonesia, yakni PT PLN dan Pertamina.

Grafik : Historikal Laba Bersih PLN (Rp Triliun)

Grafik : Historikal Laba Bersih Pertamina (US$ Juta)

Sumber : Perusahaan, diolah Bareksa

Hal itu dilatarbelakangi oleh tidak adanya kenaikan harga listrik maupun harga bensin (baik premium maupun pertalite) di tengah kenaikan harga bahan baku seperti batu bara untuk listrik serta minyak mentah dunia untuk bensin. (Baca : Soal Penyederhanaan Golongan Listrik, Pengamat Nilai Terkait Keuangan PLN)

Sehingga ada ketidakseimbangan antara pajak yang dicari lewat pengusaha, maupun masyarakat lain pada umumnya terus meningkat namun di sisi lain, penerimaan pajak yang bersumber dari kedua perusahaan BUMN terbesar justru menurun.

Faisal juga mengestimasi jika inflasi akan kurang dari 4 persen di 2018, dengan 2 syarat yakni harga minyak dunia tidak terlalu tinggi kenaikannya dan cuaca tidak terlalu buruk. (Lihat : agaimana Kinerja Keuangan PLN? Ini Analisa Menggunakan Altman Z-Score)

Kondisi itu agar harga pangan tidak terlalu naik serta pergerakan rupiah yang berpeluang terdepresiasi Rp13.600 per dolar AS dalam jangka pendek seiring kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga menjadi 1,5 persen dengan probabilitasnya mencapai 90 persen pada 14 Desember mendatang. (AM)