Kredit Infrastruktur Topang Kinerja Perbankan Hingga 2019

Bareksa • 08 Nov 2017

an image
Suasana pembangunan proyek transportasi masal Light Rail Transit (LRT) di sepanjang Tol Jagorawi, Kampung Makasar, Jakarta Timur, Minggu, 23 Juli 2017. (ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya)

Penarikan kredit infrastruktur dilakukan bertahap sehingga bisa menopang pertumbuhan kredit hingga tiga tahun ke depan

Bareksa.com - Pertumbuhan kredit infrastruktur diharapkan bisa menopang pertumbuhan kredit perbankan dalam tiga tahun mendatang. Pasalnya, sektor kredit lain sedang mengalami perlambatan, terutama di segmen ritel.

Head of Global Corporate Banking and Financial Institution The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFG (MUFG) Pancaran Effendi menjelaskan, pada tahun ini, pertumbuhan kredit di industri perbankan sedikit melambat. Regulator pun sempat merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini di kisaran 7-9 persen.

Namun demikian, dia berharap, pertumbuhan kredit infrastruktur bisa menunjang pertumbuhan kredit yang melambat tersebut. Kendati, efek dari pertumbuhan kredit tidak bisa berlangsung instan karena tenornya yang panjang.”Draw down kredit infrastruktur kan bisa sampai tiga tahun,” ungkap dia di Jakarta, Selasa (7 November 2017).

Di MUFG, Pancaran menilai, pertumbuhan kredit akan berada di angka satu digit. Pada tahun depan, perusahaan baru optimistis bisa mencapai pertumbuhan dua digit.

Sebagai bank yang fokus pada sektor korporasi, MUFG akan tetap meningkatkan pertumbuhan pada sektor tersebut, termasuk pula sektor infrastruktur. Pancaran menyebutkan, sampai akhir 2017, perusahaan memiliki plafon kredit infrastruktur sebesar Rp4 triliun.

Sampai saat ini, perusahaan sudah terlibat dalam beberapa proyek infrastruktur seperti kredit sindikasi untuk pembangunan tol Waskita Karya di Kalimantan dengan nilai total Rp5 triliun, light railway transit (LRT) di Palembang, PLN 35 ribu megawatt dan jalan tol Jakarta-Cikampek II Elevated.

“Namun mayoritas kredit kami banyak untuk sektor ketenagalistrikan,”ungkap dia.

Direktur PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Royke Tumilaar mengungkapkan, penarikan kredit infrastruktur dilakukan secara bertahap sehingga hal tersebut bisa menopang pertumbuhan kredit hingga 2-3 tahun ke depan. Dia mengungkapkan, tahun ini, penarikan kredit infrastruktur memang hanya 60 persen, tetapi akan meningkat pada tahun 2018-2019.

"Pada 2018, penarikannya diperkirakan bisa mencapai 70 persen dan mencapai 80 persen pada 2019," terang dia.

Dengan tingginya penarikan pada tahun depan, dia optimistis pertumbuhan kredit infrastruktur akan lebih meningkat. Apalagi beberapa proyek infrastruktur juga sudah mulai berjalan seperti pembangunan LRT, PLN dan pembangunan beberapa bandara.

Senior Vice President Corporate Banking Bank Mandiri Dikdik Yustandi menjelaskan, sampai September 2017, penyaluran kredit infrastruktur Bank Mandiri sudah mencapai Rp132 triliun. Dari nilai tersebut, sekitar Rp9,3 triliun untuk pembangunan jalan tol, Rp36,3 triliun untuk transportasi dan sisanya untuk energi serta sektor lainnya.

Pada tahun ini, perseroan menargetkan, pertumbuhan kredit infrastruktur berada di angka 20 persen. Untuk menunjang pertumbuhan tersebut, perseroan sedang menjajaki beberapa proyek. Termasuk di dalamnya proyek pembangunan LRT yang akan melibatkan banyak bank swasta nasional dan asing dengan nilai total sekitar Rp20 triliun.

“Di minggu kedua mungkin akan tanda tangan (perjanjian kredit) untuk LRT,” ungkap dia.

Royke menambahkan, untuk pembangunan LRT, Bank Mandiri sudah menyiapkan plafon sebesar Rp4-5 triliun. "Tetapi kalau pesertanya banyak kami akan kurangi menjadi Rp2-3 triliun," papar dia.

Lebih lanjut, Dikdik melanjutkan, pada tahun ini, pihaknya juga terlibat pada proyek pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II Elevated dengan nilai total Rp5,14 triliun. Adapun kontribusi Bank Mandiri senilai Rp1,43 triliun.

“Dalam waktu dekat, kami juga akan terlibat dalam pembangunan jalan tol Salatiga-Kartasuro, sebelumnya kami sudah mendanai Pandaan-Malang dan Manado-Bitung," ucapnya.

Sedangkan tahun depan, perseroan sudah siap dengan beberapa proyek pembangunan jalan tol dan pelabungan laut. "Kami juga akan terlibat dalam proyek pembangunan bandara Kulon Progo,” tegasnya.

Lebih lanjut, Senior Vice President Corporate Banking PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk Yuli Melati Suryaningrum mengungkapkan, pihaknya juga terlibat dalam proyek pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II Elevated. Adapun porsi BCA mencapai Rp1,46 triliun.

Selain untuk jalan tol tersebut, perseroan juga akan terlibat pada proyek LRT dengan porsi sekitar Rp4 triliun. Sedangkan tahun ini, target kredit infrastruktur BCA mencapai Rp 24 triliun. "Rata-rata kredit infrastruktur untuk jalan tol, pembangkit tenaga listrik, kereta api dan lainnya,” papar dia. (K09)