Survei Bank Indonesia : Konsumen Tahan Belanja, Perbesar Tabungan

Bareksa • 07 Nov 2017

an image
Ilustrasi menabung. Copyright: <a href='http://www.123rf.com/profile_gregorylee'>gregorylee / 123RF Stock Photo</a>

Rasio konsumsi terhadap pendapatan turun menjadi 65,7 persen pada Oktober dari 66,4 persen pada September

Bareksa.com - Hasil survei konsumen yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan, konsumen cenderung menahan konsumsi dan menambah tabungan. Hal ini terlihat dari penurunan rasio konsumsi terhadap pendapatan (average propensity to consume ratio) dari 66,4 persen pada September 2017 menjadi 65,7 persen pada Oktober 2017.

Sementara itu, terlihat pula penurunan porsi pendapatan yang digunakan untuk cicilan pinjaman (debt service to income ratio) dari 14,4 persen menjadi 14,1 persen. Sebaliknya, porsi tabungan konsumen terhadap pendapatan (savings to income ratio) meningkat dari 19,2 persen menjadi 20,2 persen.

Lebih lanjut, berdasarkan kelompok pengeluaran, penurunan porsi pengeluaran konsumsi terjadi pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp2,1-3 juta dan lebih besar dari Rp5 juta. Sementara itu, kenaikan porsi tabungan terjadi pada semua kelompok tingkat pengeluaran, dengan kenaikan tertinggi pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp2,1-3 juta.

Ke depan, konsumen memperkirakan adanya penurunan pengeluaran konsumsi pada tiga bulan mendatang (Januari 2018), terindikasi dari penurunan indeks perkiraan konsumsi rumah tangga tiga bulan mendatang sebesar 0,6 poin menjadi 155,7. Penurunan laju konsumsi diperkirakan terjadi pada kelompok non makanan dan terjadi pada responden di hampir seluruh kelompok tingkat pengeluaran, terutama responden dengan tingkat pengeluaran Rp4,1-5 juta per bulan.

Pada enam bulan mendatang, responden memperkirakan pertumbuhan jumlah tabungan dan jumlah cicilan menguat dari bulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari kenaikan indeks perkiraan jumlah tabungan yang meningkat sebesar 2,6 poin menjadi 115,2 dan indeks perkiraan jumlah utang naik 3,1 poin menjadi 156,4.

Sementara itu, pada Oktober 2017, sebanyak 49,3 persen responden memilih menempatkan kelebihan pendapatannya dalam kurun waktu 12 bulan medantang dalam bentuk tabungan/deposito, meningkat dibandingkan 47 persen pada bulan sebelumnya. Sementara itu, responden yang memilih instrumen investasi berbentuk properti menurun 0,6 persen menjadi 22,5 persen dan emas/perhiasan menurun 0,7 persen menjadi 15,5 persen.

Chief Executive Officer Citibank Indonesia Batara Sianturi mengungkapkan, dana pihak ketiga (DPK) perusahaan memang bertumbuh lebih tinggi dibandingkan kredit. Pada kuartal III-2017, DPK perusahaan bertumbuh 4,2 persen menjadi Rp54,7 triliun. Sedangkan kredit bertumbuh 2,1 persen menjadi Rp40 triliun.

“Industri bank secara keseluruhan sedang mengalami banyak likuiditas, di Citibank Indonesia loan to financing ratio/LFR juga tercatat rendah di 70 persen, jadi sekarang tinggal menunggu permintaan kredit, karena dari sisi pasokan sudah ada,” ujarnya di Jakarta, Senin (6 November 2017).

Tahun depan, Batara menilai, pertumbuhan kredit akan lebih menggeliat, seiring dengan bertumbuhnya sektor riil. Dengan adanya likuiditas yang memadai dan suku bunga yang menurun diharapkan bisa menunjang hal tersebut. (K09)