Bareksa.com – Manajemen PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menyadari betul, pendapatan bunganya pada tahun ini cukup berat untuk menopang laba. Maka, perseroan sudah menyiapkan langkah agar pertumbuhan laba hingga akhir tahun ini tetap terjaga baik.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menjelaskan, salah satu penopang laba perseroan sampai akhir tahun adalah pendapatan berbasis komisi alias fee based income untuk mengejar ketertinggalan pendapatan bunga bersih atau net interest income. “Kami menargetkan fee based tumbuh 20 persen,” kata Baiquni di Jakarta, Kamis, 2 November 2017.
Sampai kuartal III 2017, fee based income BNI mencapai Rp7,18 triliun atau naik 15,1 persen dari periode sama tahun 2016 Rp6,24 triliun. Dari jumlah itu, sebagian besar kontribusi fee based berasal dari account maintenance yang mencapai Rp1,17 triliun.
Berdasarkan hitungan Bareksa, dengan target 20 persen sampai akhir tahun, maka diperkirakan fee based income BNI bisa mencapai Rp10,29 triliun. Hitungan ini berdasarkan pencapaian fee based income pada 2016 yang mencapai Rp8,58 triliun.
Selain mengandalkan fee based income, BNI juga terus melakukan efisiensi dengan menekan berbagai beban biaya. Hingga September 2017, beberapa rasio beban biaya BNI bisa terlihat dari credit cost yang turun dari 2,4 persen menjadi 1,7 persen.
Selain itu juga ada cost of fund yang turun dari 3,1 persen menjadi 3 persen. Kemudian cost to income ratio yang turun dari 42,3 persen menjadi 41,9 persen. Adapun Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) juga turun dari 74,6 persen menjadi 70,3 persen.
Tabel: 10 Besar Penyumbang Fee Based BNI
Sumber: Materi presentasi perseroan
“Kami juga akan optimalkan bunga kredit, terutama untuk kredit yang belum dicarikan. Kami akan minta para debitur untuk segera mencairkan kreditnya,” imbuh Baiquni. Untuk yang satu ini, Baiquni tidak ingat betul berapa nilainya.
Yang jelas, tahun ini BNI telah merevisi target pertumbuhan kredit yang semula berkisar 15 persen sampai 16 persen menjadi hanya sekitar 13 persen. “Hal ini karena faktor internal dan eskternal. Khususnya karena Bank Indonesia (BI) juga telah merevisi pertumbuhan kredit bank menjadi 7 persen sampai 8 persen dari 9 persen sampai 10 persen,” tambah Baiquni.
Sebagai informasi, per kuartal III 2017, laba bersih BNI melonjak 31,6 persen dari Rp7,72 triliun menjadi Rp10,16 triliun. BNI mencatat kredit yang tersalurkan Rp421,41 triliun atau tumbuh 13,3 persen di atas realisasi kredit pada periode yang sama tahun 2016 yang sebesar Rp372,02 triliun. (hm)