Per September 2017, Kinerja PGN Tertekan Beban-Beban Ini

Bareksa • 30 Oct 2017

an image
Petugas memeriksa fasilitas di Onshore Receiving Facilities Tambak Lorok milik PT Kalimantan Jawa Gas di Semarang. Sejak 2015, anak perusahaan PGN tersebut telah memasok gas dengan pipa sepanjang lebih 200 km lintas laut dari Lapangan Gas Kepodang di Laut Utara Jawa ke PLTU Tambak Lorok, Semarang

Beban operasi migas dan pajak menjadi yang tumbuh paling tinggi

Bareksa.com – PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) mencatat penurunan laba bersih sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, akibat meningkatnya beberapa pos beban. Salah satunya beban pokok pendapatan.

Perusahaan distributor gas milik negara itu mencatat laba bersih US$101,66 juta sepanjang Januari-September 2017. Angka ini turun 58,57 persen dari US$245,37 juta yang merupakan laba bersih perseroan pada periode sama tahun 2016.

Dalam sembilan bulan, beban pokok pendapatan emiten dengan kode saham PGAS ini mencapai US$1,6 miliar atau naik 7,38 persen dari periode sama tahun lalu US$1,49 miliar. Meski tumbuh tidak terlalu besar, dampaknya cukup terasa karena pendapatan bersih PGN hanya naik 0,46 persen dari US$2,15 miliar menjadi US$2,16 miliar.

Masih dari laporan keuangan perseroan, beban pokok pendapatan tersebut terdiri dari tiga segmen yakni distribusi gas, beban pengoperasioan minyak dan gas bumi, dan LNG. Dari tiga segmen itu, beban distribusi gas menjadi penyumbang terbesar.

Jika dirinci, beban distribusi gas terdiri dari pihak ketiga bernilai US$921,3 juta dan entitas berelasi dengan pemerintah US$280,05 juta. Beban pihak ketiga itu naik 6,02 persen dari US$869,01 juta, sementara beban entitas berelasi dengan pemerintah turun 4,97 persen.

Secara total, beban distribusi gas PGN mencapai US$1,2 miliar atau naik tipis 3,45 persen dari periode sama tahun lalu US$1,16 miliar.

Tabel: Komposisi Beban Pokok Pendapatan PGN

Sumber: Laporan keuangan perseroan

Beban pokok pendapatan perseroan pada kuartal III tahun ini juga berasal dari beban pengoperasian minyak dan gas bumi yang bernilai US$341,27 juta. Pos yang satu ini tumbuh tinggi atau mencapai 66,67 persen dari kuartal III-2016 yang mencapai US$204,76 juta. Di sisi lain, beban LNG mengalami perbaikan dari US$122,44 juta menjadi hanya US$62,14 juta.

Sementara itu, PGN juga masih memiliki beban-beban lainnya seperti beban distribusi dan transmisi yang naik 14,34 persen dari US$129,32 juta menjadi US$147,86 juta. Ada juga beban umum dan administrasi US$141,98 juta dari US$133,57 juta dan beban lain-lain US$6,62 juta dari US$7,79 juta.

Selain itu juga ada beban keuangan yang mencapai US$106,97 juta atau naik 17,66 persen dari US$90,91 juta. Dan beban terakhir adalah beban pajak yang mencapai US$87,83 juta atau naik 74,06 persen dari US$50,46 juta.

Meskipun begitu, kinerja keuangan ini sudah diprediksi manajemen perseroan. Direktur Keuangan PGN Nusantara Suyono pernah menyampaikan, phaknya tidak dapat mencapai target laba bersih tahun ini yang sebesar Rp3,7 triliun atau sekitar US$280 juta. Perseroan memperkirakan laba bersih tahun ini sekitar US$ 150 juta. Artinya perseroan memangkas target laba sekitar 46 persen.

Nusantara menuturkan bahwa perseroan merevisi target tahun ini setelah pada semester I-2017 tidak mencapai target kinerja keuangan. Banyak kendala yang dialami perseroan tahun ini. Kendala tersebut di antaranya adalah volume gas yang diserap oleh pelanggan menurun sangat tajam.

“Harga penjualan kami juga sudah menurun atas permintaan berbagai institusi yang ada di Indonesia,” katanya belum lama ini. (hm)