Laba Bersih Nippon Indosari Turun 52,23 Persen

Bareksa • 30 Oct 2017

an image
Gerai "Sari Roti" disalah satu fair (Company)

Harga saham ROTI sempat menyentuh level 1.275, turun 3,78 persen dari harga pembukaan

Bareksa.com - PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI) membukukan penyusutan laba bersih pada sembilan bulan pertama tahun ini dibandingkan periode sama tahun lalu seiring dengan menurunnya pendapatan dan beban yang membengkak. Harga saham produsen Sari Roti tersebut pun langsung merespon negatif kinerja keuangan ini.

Dalam laporan keuangan kuartal III-2017 yang dirilis Senin, 30 Oktober 2017, Nippon Indosari meraih laba bersih sebesar Rp91,43 miliar sepanjang Januari-September 2017, turun 52,23 persen dibandingkan Rp203,9 miliar pada periode sama tahun lalu. Penjualan perseroan tercatat Rp1,82 triliun, turun tipis dibandingkan dengan raihan kuartal III tahun lalu sebesar Rp1,83 triliun.

Kondisi tersebut membuat laba kotor perseroan ikut turun tipis menjadi Rp943,9 miliar dibanding sebelumnya Rp950,3 miliar. Di sisi lain, beban usaha perseran hingga sembilan bulan tahun ini melonjak 20,27 persen menjadi Rp806,7 miliar. Padahal, pada kuartal III-2017 beban usaha perseroan tercatat sebesar Rp670,7 miliar. 

Meningkatnya beban usaha Nippon Indosari membuat laba usaha perseroan turun 44,8 persen menjadi Rp1785 miliar. 

Dari sisi neraca, per akhir September 2017, total liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp1,5 triliun, sedikit meningkat dibandingkan kuartal III tahun lalu sebesar Rp1,47 triliun. Dari jumlah tersebut, liabilitas jangka pendek Nippon Indosari meningkat menjdi Rp807,7 miliar karena bakal ada utang obligasi jangka pendek senilai Rp499,23 miliar yang akan jatuh tempo kurang dari satu tahun lagi. 

Harga Saham

Pada pembukaan perdagangan sesi I hari ini, saham ROTI sempat menyentuh level 1.275, turun 3,78 persen dari harga pembukan perdagangan Rp1.320 per saham. Padahal, pekan lalu saham ROTI sempat melonjak menyusul kabar masuknya investor asing menjadi salah satu pemegang saham perseroan.

Grafik: Pergerakan Harga Saham ROTI Intraday

Sumber: Bareksa.com

Pekan lalu, Nippon Indosari mengumumkan masuknya KKR sebagai investor baru perseroan. KKR berinvestasi sebesar US$74 juta atau setara Rp1 triliun untuk membeli sebanyak 12,64 persen saham Nippon Indosari seharga Rp1.275 per saham. 

Melalui transaksi tersebut, KKR menjadi salah satu pemegang saham terbesar Nippon Indosari setelah perusahaan yang dikendalikan keluarga Salim, yakni PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET). Pasca terbitnya kabar tersebut, saham ROTI sempat melonjak 7 persen.

KKR melakukan investasi dengan sumber pendanaan dari Asian Fund III. Investasi KKR di Indosari merupakan investasi ketiganya di perusahaan terkemuka di Indonesia dalam kurun waktu kurang dari 18 bulan. Sebelumnya, private equity besar asal Amerika Serikat ini sudah berinvestasi di perusahaan agribisnis PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), perusahaan konsumsi PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA), serta penyedia layanan transportasi berbasis online Go-Jek. (Baca juga: JPFA, AISA, Go-Jek; Jejak KKR, Private Equity Besar Asal Amerika di Indonesia)

Berdiri pada tahun 1995 dan memiliki kantor pusat di Indonesia, Indosari merupakan pelopor dan pemimpin pasar pada segmen roti bermerek yang diproduksi secara massal di Indonesia. Dipasarkan dengan merek Sari Roti, Indosari memproduksi dan menjual berbagai macam produk roti dan kue melalui jaringan yang luas yang terdiri dari 67.000 titik penjualan baik di pasar modern maupun pasar tradisional. Indosari memiliki pabrik dengan keunggulan fitur terbaik di kelas peralatan teknologi Jepang yang mencakup 10 fasilitas pabrik yang tersebar di delapan kota di Indonesia. (hm)