Berita / / Artikel

Setelah Lotus, Gerai Debenhams Juga Akan Ditutup Mitra Adiperkasa

• 27 Oct 2017

an image
Karyawan merapikan sisa busana yang dijual di Lotus Departement Store, Jakarta, Rabu (25/10). Pemerintah akan memonitor perubahan perekonomian seiring berjatuhannya gerai-gerai ritel di DKI Jakarta. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

MAPI menyiapkan transisi perubahan masyarakat ke era digital dengan meluncurkan gerai online, MAPEMALL.

Bareksa.com – Setelah menutup seluruh gerai Lotus Department Store per akhir Oktober 2017, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) juga berencana menghentikan secara total operasional toko ritel Debenhams di Indonesia.

Adapun keberadaan toko ritel asal Inggris itu memang hanya tinggal di Senayan City, Jakarta. Sebelumnya MAP selaku pihak pengelola secara bertahap telah menutup gerai Debenhams di Supermall Karawaci, Tangerang, dan Kemang Village, Jakarta.

Head of Corporate Communication MAP Fetty Kwartati menjelaskan, penutupan gerai Lotus dan Debenhams dilakukan pihaknya sebagai tindak lanjut rencana konsolidasi bisnis department store perusahaan. Penutupan dilakukan seiring perubahan tren belanja generasi milenial yang telah beralih dari department store ke gerai specialty store. (Baca Juga : Tiga Gerai Lotus Department Store Ditutup, Bagaimana Prospek Kinerja MAPI?)

Manajemen mengaku hanya akan fokus mengelola tiga department store-nya, yakni SOGO, SEIBU dan Galaries Lafayette. Saat ini, MAP membawahi cukup banyak specialty store di bidang fesyen seperti Zara, Pull & Bear, Bershka, Marks & Spencer, Topshop, dan lainnya. MAP juga memiliki banyak specialty store di bidang makanan dan minuman (food & beverage), seperti Starbucks, Burger King, dan Genki Sushi.

Go Online

MAPI, dalam keterangannya, menyebutkan saat ini juga telah menyiapkan transisi perubahan masyarakat ke era digital dengan meluncurkan gerai online, MAPEMALL.

Sebelumnya, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) juga menutup dua gerainya di Pasaraya Manggarai dan Blok M demi efisiensi. Gerai-gerai tersebut sudah tidak memberikan kontribusi yang besar lagi pada perusahaan, serta tidak sesuai dengan target manajemen.

Maraknya penutupan toko ritel menjadi pertanda bahwa pergeseran ke industri perdagangan digital semakin besar. Hal itu dikemukakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengomentari tutupnya toko ritel Lotus.

Menurut dia, tutupnya toko ritel tersebut bukan disebabkan lemahnya daya beli, melainkan adanya pergeseran dari fisik ke online. Berbagai toko online (e-commerce) pun mulai berkembang. Hal ini terindikasi dari penerimaan perpajakan khususnya PPN ritel yang meningkat.

Mengutip data Kominfo, hingga tahun 2015 transaksi e-commerce di Indonesia sendiri telah mencapai Rp200 triliun dan diproyeksikan di tahun 2020 meningkat 9 kali lipat menjadi Rp1.850 triliun. Tak hanya itu, transaksi e-commerce dunia juga diprediksi oleh Kominfo akan bertumbuh 20,2 persen per tahun. (hm)

Tags: