Bareksa.com – PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk atau Wika Gedung mematangkan rencana penawaran perdana saham ke publik atau IPO, dengan menggelar due diligence meeting di Jakarta, Kamis, 26 Oktober 2017. Melalui acara ini, perseroan resmi menawarkan 2,87 miliar saham kepada publik atau setara dengan 30 persen modal disetor.
Agar proses penawaran berjalan lancar, anak usaha dari PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini telah menunjuk Mandiri Sekuritas, Bahana Sekuritas, CIMB Sekuritas Indonesia, dan Buana Capital Sekuritas sebagai joint lead underwriter. Dengan bantuan para penjamin emisi itu, harga saham Wika Gedung ditawarkan mulai Rp290 hingga Rp456 per saham. Berdasarkan perkiraan harga dan jumlah saham yang dilepas, Wika Gedung bisa meraup dana segar mulai dari Rp832,3 miliar hingga Rp2,04 triliun.
Jumlah saham baru yang dipersiapkan perseroan sebenarnya sebanyak-banyaknya 40 persen atau 4,47 miliar saham. Namun Director of Investment Banking Mandiri Sekuritas Primonanto Budi Atmojo menyampaikan, untuk proses penawaran ini ditetapkan 30 persen.
“Yang ditawarkan itu 30 persen atau 2,87 miliar. Tapi bila oversubscribed, kami bisa upsize sampai 40 persen atau 4,47 miliar,” terang Primonanto.
Primonanto pun memperkirakan, nilai kapitalisasi pasar Wika Gedung saat pencatatan saham perdana berkisar Rp2,77 triliun sampai Rp4,36 triliun dengan asumsi 30 persen saham yang dilepas atau Rp3,33 triliun hingga Rp5,92 triliun jika 40 persen saham yang dilepas.
Dengan kondisi saat ini, Primonanto pun cukup optimis saham Wika Gedung bisa diserap pasar dengan baik. “Terutama dengan momen IHSG yang tembus 6.000 dan perkembangan perusahaan sejenis yang tengah rebound,” imbuh Primonanto.
Tabel: Proyeksi Perolehan Dana dan Market Cap Wika Gedung
Sumber: Keterangan perseroan, diolah Bareksa
Direktur Pengembangan Investasi dan Human Capital Wika Gedung Nur Al Fata menuturkan, perolehan dana hasil IPO akan terbagi menjadi 70 persen untuk investasi dan konsesi dan 30 persen sisanya untuk modal kerja. Secara rinci Nur menerangkan 40 persen untuk kebutuhan investasi forward, 20 persen forward, 10 persen investasi IT, dan 10 persen modal kerja.
Direktur Buana Capital Ratna Karim menambahkan, setiap penjamin emisi mendapat jatah untuk menawarkan seperempat jumlah saham kepada publik. Ratna pun menjelaskan, para penjamin emisi akan menawarkan saham Wika Gedung ke tiga negara lain seperti Kuala Lumpur, Singapura, dan Hong Kong.
“Kami harap bisa terserap penuh oleh para investor, karena ada momen juga dari pertumbuhan industri konstruksi,” tuturnya. Adapun perkiraan price earning ratio (PER) Wika Gedung tahun 2018 berksiar 7 kali sampai 11 kali.
Komitmen Dividen
Dapat dana segar dan akan tumbuh ekspansif, tentu saja membuat Wika Gedung punya target tinggi pada tahun depan.
Nur menuturkan, dengan adanya dana hasil IPO, membuat Wika Gedung menetapkan pertumbuhan laba hingga 65 persen dari perkiraan sampai akhir tahun ini Rp176 miliar. “Tahun depan tumbuh ekspansif. Kami juga targetkan kontrak baru hingga Rp8,9 triliun dari perkiraan tahun ini Rp7,4 triliun,” tambah Nur.
Direktur Keuangan Wika Gedung Abiprayadi Riyanto pun menegaskan, pihaknya punya komitmen untuk membagikan 30 persen bagian laba sebagai dividen. “Tentunya dengan catatan, sesuai keputusan direksi melalui rapat pemegang saham dengan melihat kondisi keuangan,” ujar Abi.
Sebagai informasi, selama sembilan tahun berdiri sejak 2008, Wika Gedung telah memperoleh 154 proyek dengan total nilai Rp18,74 triliun. Hingga semester I 2017, kontrak baru perseroan mencapai Rp4,32 triliun dengan kontrak bawaan atau carry over Rp5,7 triliun.
Sementara itu, pendapatan perseroan pada semester I 2017 mencapai Rp1,31 triliun dari Rp646 miliar pada periode sama tahun lalu. Catatan itu pun membuat Wika Gedung memperoleh laba besih Rp105,8 miliar. (hm)