Transportasi Online Wajib Gandeng Taksi Reguler, Saham TAXI dan BIRD Masih Turun

Bareksa • 23 Oct 2017

an image
Armada taksi milik PT Blue Bird dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) (Company)

BIRD dan TAXI telah anjlok masing-masing 60 persen dan 92 persen

Bareksa.com- Harga saham emiten transportasi PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) dan PT Blue Bird Tbk (BIRD) pada perdagangan hari ini (23 Oktober 2017) anjlok meski pemerintah telah mewajibkan kerja sama dengan perusahaan penyedia jasa transportasi online. Keadaan kinerja keuangan disinyalir menjadi faktor penekan harga saham kedua operator taksi tersebut.

Harga saham TAXI dan BIRD pada penutupan hari ini masing-masing anjlok 7,5 persen dan 4,7 persen. Padahal, belum lama ini Kementerian Perhubungan mewajibkan perusahaan penyedia jasa transportasi online untuk bekerja sama dengan perusahaan transportasi berizin termasuk perusahaan taksi. Peraturan tersebut telah tertuang dalam draf revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2017 mengenai transportasi online.

Sebenarnya, penurunan harga saham kedua operator taksi ini sudah terjadi sejak dua tahun terakhir, yakni saat mulai populernya transportasi berbasis online. Sejak Uber mulai gencar berpromosi akhir Maret 2015, lalu disusul meluncurnya Grab Car dan Go Car, harga saham BIRD dan TAXI telah anjlok masing-masing 60 persen dan 92 persen hingga saat ini (20 Oktober 2017).

Grafik: Pergerakan Harga Saham TAXI dan BIRD Maret 2015- Oktober 2017

Sumber: Bareksa.com

Adapun faktor lain yang ikut mempengaruhi penurunan harga saham taksi ini yakni pelemahan ekonomi. Namun, perlu diketahui bahwa pada periode sejak Maret 2015 hingga kemarin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah berhasil rebound dan menguat 8,25 persen. Sementara itu, dua saham perusahaan taksi tersebut tetap anjlok dalam

Menurut Riska Afriani, Analis Oso Securities, pembatasan tarif taksi online dibatalkan oleh Mahkamah Agung (MA) turut menjadi pemberat untuk kinerja emiten transportasi, karena persaingan makin berat. Transportasi berbasis online telah memberikan kemudahan bagi para penggunanya sehingga lebih dipilih dibandingkan yang konvensional, meskipun telah ada kerja sama di antara keduanya.

"Saya masih melihat transportasi yang digunakan konsumen didominasi oleh angkutan berbasis online, sementara taksi konvensional hanya dijadikan pilihan dalam aplikasi tersebut," uangkap Riska

Di sisi lain, sejak dua tahun terakhir, armada yang menggunakan aplikasi pemesanan taksi online semakin naik daun. Bagaimana tidak, kemudahan dan harga yang jauh lebih murah membuat pengguna beralih menggunakan armada kendaraan yang menggunakan aplikasi pemesanan online tersebut.

Tarif Uber Taxi, Grab Car dan Go Car menurut beberapa pengguna yang diwawancarai Bareksa, sekitar 30 - 50 persen lebih murah dari taksi biasa. Tak pelak hal ini membuat ketar-ketir Blue Bird dan Express yang saat ini menguasai pangsa pasar masing-masing 40 persen dan 30 persen di wilayah Jakarta dan sekitarnya.   

Kedua perusahan taksi itu mengklaim mengalami penurunan kinerja karena Uber Taxi, Grab Car dan Go Car menyedot pengguna jasa transportasi darat tersebut.

Pendapatan TAXI sepanjang semester pertama 2017 anjlok 57,75 persen menjadi Rp158 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya masih Rp 374 miliar.

Anjloknya pendapatan juga mendorong rugi TAXI hingga Rp133 miliar atau naik hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya yang rugi Rp42,9 miliar. Padahal, pada semester I 2015, perusahaan taksi ini masih berhasil mengantongi laba Rp32,5 miliar.

Grafik: Pendapatan dan Laba Usahan  BIRD dan TAXI  Semester I 2015-2017

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan

Kondisi serupa juga dialami oleh Blue Bird. Operator taksi berlogo burung biru ini selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan laba dan pendapatan. Pendapatan perseroan turun menjadi Rp2,08 triliun pada Januari-Juni 2017 dibandingkan Rp2,47 triliun pada periode sama 2016.

Selan itu, sepanjang semester pertama 2017, laba BIRD turun menjadi Rp193 miliar atau anjlok 48 persen dari sebelumnya pada semester I-2015 berhasil membukukan laba Rp444 miliar. (hm)