Sudah Kena Status Tak Wajar, Saham KIOS Terus Meroket 7 Hari Beruntun

Bareksa • 13 Oct 2017

an image
(Dari kiri-kanan) Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio, Dirjen Aplikasi dan Informatika Kominfo Samuel Abrijani Pangerapan, Komisaris Kioson Roby Tan, Direktur Utama Kioson Jasin Halim, Komisaris Utama Kioson Viperi Limiardi, Komisaris Independen Kioson Tan Giok Lan dan Direktur Keuangan Kioson Setiawan Parikesit Kencana.

Saham perusahaan e-commerce ini sudah mencapai hampir 4 kali lipat harga IPO

Bareksa.com - Harga saham PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) terus meroket sejak tercatat perdana di Bursa Efek Indonesia. Padahal, Bursa sudah memberikan status pergerakan tidak wajar pada saham ini karena peningkatan hingga mencapai batas atas harian selama tujuh hari berturut-turut.

Memasuki hari kedelapan di Bursa, saham ini pun masih terus melonjak. Saham KIOS hingga jeda siang ini diperdagangkan seharga Rp1.700, atau naik 25 persen dibandingkan dengan harga penutupan kemarin Rp1.360. Persentase peningkatan hari ini sudah menyentuh batas maksimal sehingga pesanan di atas harga tersebut mengalami penolakan otomatis (auto rejection).

Bila dihitung sejak initial public offering (IPO) di Rp450, harga saham KIOS sudah melonjak hampir empat kali lipat. Peningkatan harga saham ini telah membawa kapitalisasi pasar KIOS mencapai Rp1 triliun hari ini.

Sejak listing perdana 5 Oktober 2017, saham KIOS selalu mengalami auto rejection. Perdagangan warrant-nya (KIOS-W) yang menempel pada saham perdana itu juga tidak berbeda. Oleh sebab itu, Bursa pun memberikan status unusual market activity (UMA) kepada saham dan warrant KIOS dengan surat tertanggal 12 Oktober 2017.

Grafik: Pergerakan Harga Saham KIOS Intraday

Sumber: Bareksa.com

Menariknya, nilai perdagangan saham KIOS secara harian tidak terlalu besar karena volume saham yang ditransaksikan juga kecil. Hingga jeda siang ini, nilai transaksi saham KIOS hanya Rp1 miliar untuk volume sebanyak 6.209 lot saham. Wajar, saham yang beredar di publik hanya sebanyak 1,5 juta lot saja. Artinya, dengan terbatasnya jumlah saham beredar di publik, saham ini pun berpotensi tidak terlalu likuid dan mudah berfluktuasi.

Kinerja Keuangan

Terlepas dari ramainya perdagangan, kinerja keuangan emiten perdagangan online ini masih belum meyakinkan. Sebagai informasi, mengacu laporan keuangan Kioson Januari-April 2017, yang tercatat dalam prospektus IPO, perusahaan mencatatkan kerugian sejumlah Rp 4,45 miliar, meski pendapatan melonjak 445 persen menjadi Rp 25,96 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Namun, Kioson baru saja melakukan aksi korporasi lain yang diyakini bisa mendorong keuangannya pada tahun ini. Perseroan sudah resmi mengakuisisi 99 persen saham perusahaan agregator e-voucher dan layanan digital, PT Narindo Solusi Komunikasi.

Direktur Utama Kioson Komersial Indonesia, Jasin Halim, mengatakan bahwa akuisisi tersebut akan memperkuat bottom line perseroan. Kioson menargetkan pertumbuhan pendapatan 1.900 persen, menjadi Rp 500 miliar pada akhir 2017.