Bareksa.com - Sejumlah analis memprediksi pertumbuhan kredit akan lebih baik pada tahun depan. Hal ini seiring dengan menurunnya suku bunga kredit perbankan ke arah satu digit. Kepala Ekonom PT. Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), Adrian Panggabean, menjelaskan pada 2018, pihaknya memperkirakan pertumbuhan kredit berada di angka 9,5-10 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan proyeksi pada 2017 yang sebesar 8,7 persen.
Pertumbuhan ini seiring pula dengan penurunan suku bunga kredit perbankan yang mulai berangsur turun pada tahun depan. "Suku bunga kredit tahun depan bisa mengarah ke arah satu digit, di level 9,5 persen," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin, 2 Oktober 2017.
Penurunan suku bunga kredit ini merupakan efek dari pemotongan suku bunga acuan 7 days Reverse Repo Rate yang dilakukan Bank Indonesia (BI) sebesar 50 basis poin, secara berturut-turut sejak Agustus hingga September 2017. Menurut Adrian, tingkat inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di bawah potensi memicu pemangkasan suku bunga acuan BI secara agresif. (Baca : BI : Selain Penyaluran Kredit, Pembelian Obligasi Korporasi Jadi Indikator LFR)
"Kebijakan moneter nampaknya menjadi satu-satunya katalis pertumbuhan ekonomi yang tersisa saat kebijakan fiskal tampak kurang sukses memberikan dorongan yang diharapkan, serta arus masuk FDI (foreign direct investment) tidak sebanyak yang diharapkan," katanya.
Prediksi 2017
Kepala Ekonom PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Anton Gunawan, mengungkapkan dengan merujuk pada rata-rata pertumbuhan kredit bulanan dalam 5 tahun terakhir, pihaknya memproyeksi pertumbuhan kredit akan berada di angka 8,2 persen pada tahun ini.
"Proyeksi ini jauh lebih rendah dari proyeksi awal 2017 yang berada di angka 13,5 persen," ungkapnya.
BI pun, lanjut Anton juga memprediksi pertumbuhan kredit tahun ini di kisaran 8 persen. Angka ini menunjukkan, pertumbuhan kredit masih akan berada dalam rentang satu digit, seperti pada Tahun 2015 dan 2016 yang masing-masing berada di angka 7,3 persen dan 9,6 persen. (Lihat : Suku Bunga Kredit akan Bergerak Turun pada Kuartal I 2018, Ini Alasannya)
"BI juga sebelumnya merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini dari 10-12 persen, menjadi 8-10 persen," katanya.
Dalam 2-5 tahun mendatang, Anton memprediksi, pertumbuhan kredit akan bergerak di level normal baru, yakni 10 - 15 persen. Sebab harga komoditas yang bergerak stagnan membatasi pertumbuhan kredit untuk melebihi 20 persen.
"Di beberapa daerah, pelemahan harga komoditas bahkan mempengaruhi sektor perdagangan ritel dan properti," ungkapnya.
Realisasi Kredit Hingga Agustus 2017
Sementara itu, hingga Agustus 2017, BI mencatat, penyaluran kredit pada Agustus 2017 sebesar Rp 4.514,5 triliun atau bertumbuh 8,4 persen year on year (yoy). Nilai tersebut meningkat dibandingkan Juli 2017 yang mencapai 7,9 persen (yoy).
Berdasarkan data uang beredar yang dirilis BI, pertumbuhan kredit yang meningkat pesat adalah kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK). Pada Juli 2017, KI tercatat sebesar Rp 1.123 triliun atau bertumbuh 6,8 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 6,2 persen (yoy). (Baca : Margin Bunga Bersih Perbankan Mulai Menyusut, Apa Penyebabnya?)
Akselerasi pertumbuhan KI didorong oleh peningkatan pertumbuhan pada kredit yang disalurkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan yang masing-masing tumbuh dari 6,8 persen (yoy) dan 4,4 persen (yoy) menjadi sebesar 7,3 persen (yoy) dan 4,8 persen (yoy).
Sejalan dengan hal tersebut, kredit konsumsi juga turut meningkat dari 10,1 persen (yoy) pada Juli 2017, menjadi 10,2 persen (yoy) atau sebesar Rp 1.316,3 triliun pada Agustus 2017. Peningkatan pertumbuhan KK tersebut utamanya terjadi pada peningkatan kredit pemilikan rumah (KPR).
Pertumbuhan KPR
Pertumbuhan KPR dan KPA tercatat meningkat dari 9,1 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 10,4 persen (yoy) pada Agustus 2017. Meskipun demikian, kredit sektor properti justru mengalami perlambatan 13,5 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 13,9 persen (yoy). (Lihat : Ini Alasan Agus Marto Yakin Suku Bunga The Fed Naik pada Akhir 2017)
Perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh sektor kredit konstruksi dan real estate terutama untuk jenis penggunaan modal kerja. Kredit konstruksi bertumbuh melambat dari 23,4 persen (yoy) menjadi 22,1 persen (yoy) pada Agustus 2017. Pertumbuhan kredit real estate juga tercatat mengalami perlambatan menjadi 8,5 persen (yoy), dari 12,4 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
Kredit modal kerja (KMK) bertumbuh melambat dari 7,5 persen (yoy) pada Juli 2017, menjadi 7,3 persen (yoy) pada Agustus 2017 dengan nominal Rp 2.075,3 triliun.
Perlambatan pertumbuhan terjadi pada sektor industri pengolahan serta sektor konstruksi yang masing-masing melambat dari 5,3 persen (yoy) dan 30,7 persen (yoy) menjadi 4,6 persen (yoy) dan 28 persen (yoy) pada Agustus 2017. (Baca : Tiga Tahun Pemberlakuan Capping, Suku Bunga Deposito Turun 300 Bps)
Di sisi lain, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada Agustus 2017 mengalami sedikit perlambatan dari 9,5 persen (yoy) pada Juli 2017, menjadi 9,4 persen (yoy) yang disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan pada tabungan dan giro rupiah. (K09)