Bareksa.com – PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) memastikan bahwa perseroan tidak mengalami kesulitan pendanaan akibat mundurnya realisasi divestasi ruas tol milik anak usaha perseroan, PT Waskita Toll Road (WTR). Bahkan, tanpa divestasi pun keuangan Waskita untuk membiayai sejumlah proyek tidak bermasalah.
DIrektur Utama Waskita Karya, Muhamad Choliq, mengatakan perseroan masih memiliki fasilitas pinjaman yang belum ditarik. Selain itu, Waskita bakal memperoleh dana segar dari pinjaman baru sebesar Rp 5 triliun dan obligasi Rp 3 triliun yang akan diperoleh bulan ini.
“Total kita memiliki cadangan dana Rp 16 triliun, aman untuk mengerjakan proyek sampai akhir tahun ini,” ungkapnya di Jakarta, Senin, 18 September 2017.
Menurut dia, arus kas (cashflow) perseroan untuk menggarap berbagai proyek tahun depan juga dipastikan tidak tersendat. Waskita bakal memperoleh pembayaran proyek turnkey sekitar Rp 30 triliun dari piutang yang akan jatuh tempo tahun depan. (Baca juga : Saham 4 BUMN Kontruksi Ini Longsor Padahal Kinerja Cemerlang, Mana Lebih Unggul?)
Direktur Keuangan Waskita Karya, Tunggul Rajagukguk, menyadari bahwa proyek-proyek turnkey merupakan hal baru bagi perseroan. Hal itu yang membuat investor Waskita cenderung khawatir.
Padahal, menurut Tunggul pemegang saham publik Waskita tidak perlu khawatir proyek turnkey perseroan akan tersendat pembayarannya. Hal itu, lanjutnya, karena proyek turnkey Waskita berasal dari lembaga-lembaga yang kredibel.
Beberapa lembaga dan perusahaan yang memilik proyek merupakan pihak yang selama ini juga mempercayakan proyeknya kepada perseroan. “Proyek turnkey perseroan berasal dari Kementerian Perhubungan, PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan PT PLN (Persero),” ujar dia. (Lihat juga : Waskita Karya Kembali Tawarkan 10 Ruas Tol ke Investor, WSKT Siapkan Langkah Ini)
Divestasi Ruas Tol Masih Berlanjut
Sementara itu, Waskita masih melanjutkan proses divestasi ruas tol milik WTR. Waskita bakal menawarkan ruas tol tersebut kepada strategic partner melalui mekanisme one on one. (Baca : WSKT Batal Divestasi Ruas Tol Anak Usaha, Ini Tanggapan Astra dan Jasa Marga)
Apabila divestasi melalui strategic partner tidak dapat terlaksana, mekanisme divestasi WTR akan melalui penawaran umum perdana (initital public offering/ IPO) saham. Ada dua rencana perseroan dalam IPO saham, pertama IPO saham WTR atau anak usahanya, PT Waskita Trans Jawa.
Opsi selanjutnya adalah memerger Waskita Trans Jawa dengan anak usaha Jasa Marga yang mengelola ruas tol trans jawa. Kemudian anak usaha baru, hasil merger, akan melangsungkan IPO saham.
Akibat batalnya rencana divestasi perseroan melalui mekanisme tender dua pekan lalu, Waskita merevisi target kontrak barunya tahun ini menjadi Rp 60 triliun, dari sebelumnya Rp 70 triliun. Perseroan memilih tidak terlalu agresif dalam mencari kontrak baru sebelum memperoleh dana segar dari divestasi ruas tol. (Baca : Skytrain Bandara Soekarno-Hatta Beroperasi, Ini Dampaknya ke Saham WIKA)
“Target kontrak baru Waskita tahun ini lebih rendah dari realisasi tahun lalu,” katanya.
Sepanjang tahun lalu perseroan memperoleh kontrak baru sebesar Rp 69,97 triliun.
Waskita menargetkan pendapatan sepanjang tahun ini sebesar Rp 43 triliun, melonjak 80,82 persen dari realisasi sepanjang tahun lalu Rp 23,78 triliun. Laba bersih tahun ini diproyeksi mencapai Rp 3,6 triliun. (Lihat : Sepanjang 2017 Saham WSKT Anjlok 27,65 Persen, BUMN Konstruksi Lain juga Ambrol)