Bareksa.com – Saham PT Elnusa Tbk (ELSA) sedang dalam anomali. Pergerakannya berbanding terbalik dengan mayoritas saham sektor pertambangan pada hari ini, Rabu, 13 September 2017.
Saham ELSA menutup hari dengan catatan kenaikan 24,56 persen ke level Rp 284 dari penutupan hari sebelumnya Rp 228 per saham. Jumlah transaksinya pun cukup besar.
Tercatat, volume perdagangan saham ELSA menembus 5,88 juta lot dengan frekuensi lebih dari 12.000 kali bernilai lebih dari Rp 157 miliar.
Broker Lotus Andalan Sekuritas menjadi pembeli terbanyak saham ELSA dengan volume 712.957 saham pada harga rata-rata Rp 260. Sementara, broker yang menjadi penjual terbanyak saham ELSA adalah Mirae Asset Sekuritas Indonesia. Broker dengan kode YP mencatat volume 723.460 saham pada harga rata-rata Rp 268.
Grafik: Pergerakkan Intraday Saham ELSA, Rabu, 13 September 2017
Sumber: Bareksa.com
Transaksi saham ELSA pada hari ini pun menjadi yang tertinggi ketimbang rata-rata transaksinya sepanjang periode 30 Desember 2016 sampai 12 September 2017. Secara year to date, rata-rata volume perdagangan saham ELSA hanya mencapai 397.496 lot dengan rata-rata nilai transaksi Rp 19,74 miliar.
Di sisi lain, secara historikal di sepanjang tahun ini, saham ELSA memang sudah turun tajam sejak menyentuh level tertinggi Rp 462 pada 24 Januari 2017. Jika dilihat dari posisi pada periode itu, maka saham ELSA hingga 12 September 2017 telah anjlok 50,65 persen.
Seiring kenaikan harga saham tersebut, di kalangan pelaku pasar beredar informasi soal ELSA yang telah mendapatkan kontrak seismic darat di Papua Barat untuk pengerjaan Juli 2017 sampai semester I 2018 dan seismic laut di Aceh untuk pengerjaan Agustus - November 2017 dengan nilai total kontrak Rp 3 - 4 triliun. Selain itu, ELSA telah menyewakan rig untuk pemboran pada Juni - Juli 2017 yang berpotensi meningkatkan pendapatan pada semeter II 2017 sebesar Rp 150 - Rp 200 miliar.
Kemudian seiring dengan PT Pertamina (Persero) memperoleh hak pengoperasian blok Mahakam dari Total, maka kontrak yang besar dari Pertamina terkait Mahakam tersebut berpotensi dioperoleh ELSA. Pada 2014 - 2016, kontrak dari Mahakam berkontribusi 50 persen dari pendapatan hulu dan hilir ELSA. Dengan pengoperasian Blok Mahakam oleh Pertamina dan kemudian Pertamina memberikan kontrak jasa pengeboran kepada ELSA, maka Elnusa meraih tambahan pendapatan hingga Rp 300 miliar di 2018.
Kinerja Keuangan
Penurunan saham ELSA sepanjang tahun ini memang sejalan dengan kinerja keuangannya yang mengalami penurunan. Tengok saja realisasi keuangan Elnusa sampai Juni 2017. Meski pendapatannya naik 16,4 persen dari Rp 1,77 triliun menjadi Rp 1,99 triliun, namun Elnusa harus menderita penurunan laba 90 persen dari Rp 145 miliar menjadi Rp 14 miliar.
Penurunan laba Elnusa akibat beban pendapatan yang naik lebih tinggi atau 32 persen dari Rp 1,38 triliun menjadi Rp 1,83 triliun.
Direktur Keuangan Elnusa, Budi Rahardjo, sebelumnya menyatakan selain menurunnya jumlah proyek dari segmen hulu migas karena aktivitas jasa hulu migas nasional yang terdampak penurunan harga minyak dunia, kinerja Elnusa di tahun ini juga sebagian besar dipengaruhi oleh menurunnya kontribusi dari jasa hulu migas di tiga wilayah kerja (blok migas) yang merupakan kontributor utama Elnusa.
Faktor lain yang sangat mempengaruhi kinerja Elnusa pada paruh pertama tahun ini adalah adanya beberapa proyek besar di bisnis jasa seismic dan jasa drilling & oilfield yang baru berjalan pada semester kedua tahun ini.
“Sehingga diestimasikan hasil kerja proyek tersebut akan mendorong pertumbuhan tinggi kinerja Elnusa pada paruh kedua nanti,” tulis Budi belum lama ini.
Tabel: Kinerja Keuangan Elnusa Semester I 2016 Vs Semester I 2017
Sumber: Materi presentasi perseroan
Dengan pernyataan Budi tersebut, bukan tidak mungkin jika pergerakkan saham ELSA hari ini merupakan gambaran dari kinerja keuangannya yang kembali membaik. Belum lagi, Elnusa sangat berharap mendapat proyek dari PT Pertamina (Persero) sebagai pemegang saham perseroan.