Bareksa.com – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) mempertimbangkan untuk menghentikan (shut down) operasional satelit Telkom 1. Sebab pabrikan satelit tersebut, yakni Lockheed Martin merekomendasikan untuk menshutdown satelit Telkom-1.
VP Investor Relations Telekomunikasi Indonesia, Andi Setiawan, mengungkapkan berdasarkan kajian Lockheed Martin, satelit perseroan tidak dapat berfungsi normal dan terjadi kebocoran bahan bakar hingga di bawah level minimum.
“Karena hal ini Lockheed Martin merekomendasikan agar segera dilakukan shutdown satelit Telkom 1,” jelasnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 30 Agustus 2017.
Sebagai langkah mitigasi risiko, perseroan akan bekerjasama dengan beberapa institusi internasional yang berkompeten untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan, termasuk pengadaan polis asuransi third party liability.
Dampak kejadian dari hal tersebut adalah dalam bebearpa waktu yang akan datang, satelit Telkom 1 akan berhenti beroperasi.
Progress pemulihan (recovery) layanan pengalokasian transponder pengganti akan mencapai sebesar 100 persen pada 30 Agustus 2017, sesuai dengan target yang direncanakan.
Seluruh proses recovery dilakukan dengan terencana dan terstruktur serta selalu dimonitor dan dikendalikan secara ketat oleh crisis center yang berkerja 7x24 jam.
Layanan ATM BBRI Pulih Jumat Ini
Adapun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyatakan bisa terhindar dari gangguan masif jaringan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) pada Jumat pekan lalu. Anomali pada satelit Telkom 1 telah mengakibatkan jaringan ribuan ATM perbankan offline.
Direktur Digital Banking & Strategi Bank BRI, Indra Utoyo, menjelaskan, anomali pada Satelit Telkom-1 tersebut telah mengakibatkan pergeseran pointing antena sehingga membuat beberapa ATM perbankan mengalami gangguan layanan transaksi, termasuk ATM BRI. Meski begitu sebagian besar ATM BRI sudah dimigrasi ke satelit BRIsat, sehingga tidak terlalu banyak ATM dan unit kerja perseroan yang mengalami gangguan. Akan tetapi perseroan, klaim Indra, terus melakukan pemantauan terhadap Satelit Telkom-1 yang tengah mengalami gangguan.
Indra menegaskan potensi kerugian yang dialami BRI akibat gangguan jaringan ATM ini diklaim kecil. Sebab BRI langsung mengalihkan pelayanan dari kantor unit yang mengalami gangguan ke kantor lain di lokasi terdekat. BRI juga mengaktifkan teras keliling. Hingga Selasa, 29 Agustus 2017, ATM BRI yang masih offline hanya tersisa 110 unit dan kantor unit yang mengalami gangguan tinggal 10 unit.
"Kami targetkan Jumat pekan ini sudah kembali normal seluruhnya," ujarnya, Selasa, 29 Agustus 2017.
Sebelumnya, kata dia, dari total 24.802 ATM Bank BRI dan 10.656 Unit Kerja BRI, sebanyak 321 unit ATM BRI dan 124 unit kerja BRI mengalami gangguan akibat anomali Satelit Telkom 1.
Migrasi ke BRIsat
Indra Utoyo sebelumnya merupakan Direktur Telkom, yang kemudian menjadi Direktur BRI yang menangani teknologi bank yang besar dari segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Menurut Indra, sampai saat ini pihaknya masih dalam tahap akhir migrasi seluruh titik yang terganggu ke BRISat.
“Semua jaringan yang terkena dampak akan dimigrasikan secepatnya ke BRIsat sebagai jaringan utama dan sebagai back up ke jaringan cadangan lainnya,” paparnya.
Sebagaimana diketahui, pada Jumat 25 Agustus 2017, sekitar pukul 16.51 WIB terjadi anomali pada satelit Telkom 1 yang berakibat pada pergeseran pointing antena, sehingga semua layanan transponder dari satelit itu terganggu. Hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan pada sejumlah layanan ATM perbankan berbasis Very Small Appeture Small (Vsat). (K15)