Moratorium Izin Tambang Timah Kerek Harga Saham TINS Menguat 9 Persen

Bareksa • 22 Aug 2017

an image
Foto udara areal bekas penambangan timah di Kepulauan Belitung, Provinsi Bangka Belitung. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Saham TINS pun ramai ditransaksikan sebanyak 700 ribu lot

Bareksa.com – Moratorium izin  tambang timah di Bangka Belitung menjadi sentiment positif mengerek harga saham PT Timah (Persero) Tbk (TINS). Tercatat pada perdagangan hari ini, Selasa 22 Agustus 2017 pada pukul 13.00 harga saham TINS menguat 4,7 persen atau 40 poin ke level Rp 890 per saham. Sejak penutupan harga saham pada Jumat pekan lalu yang sebesar 815 per saham, harga saham TINS  telah melonjak 9,2 persen.

Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan, sebelumnya mengumumkan moratorium perizinan penambangan biji timah. Langkah itu sebagai upaya pemerintah mengoptimalkan pengelolaan tambang dan menimalisir kerusakan lingkungan di daerah itu. "Kita ingin pengusaha melakukan penambangan biji timah dengan lebih baik," kata Erzaldi, seperti dilansir Antara, Sabtu, 19 Agustus 2017.

Menurut Erzaldi, selama ini diduga perusahaan tambang melakukan ekspor timah melalui pelabuhan-pelabuhan tikus dan administrasi pengiriman timah tersebut menyalahi aturan yang berlaku.

Kinerja Harga Saham Timah Sebulan Terakhir

Sumber : Bareksa.com

Pada perdagangan sesi 1  hari ini, Selasa 22 Agustus 2017, saham TINS pun  ramai ditransaksikan sebanyak 700 ribu lot dengan nilai transaksi mencapi Rp 62 miliar.

Namun dari sisi foreign flow, saham ini masih terus dijual oleh investor asing. Tertat sejak 9 Agustus 2017 asing menjual sekitar Rp 20 miliar. Saat ini, saham TINS diperdagangkan pada perbandingan harga saham terhadap laba bersih per saham (PER) sebesar 24,72x dan perbandingan harga saham terhadap nilai buku (PBV) 1,17x.

Kinerja keuangan TINS belum dapat diketahui pada paruh pertama 2017 ini karena Perseroan belum merilis laporan keuangannya. Namun apabila dilihat pada kuartal 1 2017  Perseroan berhasil mencatatkan laba sebesar Rp 66 miliar. Capaian ini jauh lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016 yang masih mengalami kerugian sebesar Rp 139 miliar.