Bareksa.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, memastikan PT Freepoort Indonesia sudah setuju divestasi saham 51 persen. Divestasi menjadi salah satu komponen negosiasi antara pemerintah dan Freeport.
Kabar tersebut memberikan sentimen positif kepada harga saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), badan usaha milik negara yang sebelumnya ditugaskan oleh pemerintah untuk mengakuisisi saham Freeport bersama BUMN lainnya dalam wadah holding BUMN tambang.
Harga saham ANTM tercatat naik sebesar 3 persen menjadi Rp 705 pada Senin 21 Agustus 2017 pukul 15.15 WIB dari sebelumnya Rp 685 per saham pada perdagangan akhir pekan lalu.
Broker pembeli terbesar peratama adalah Mandiri Sekuritas (CC) yang membeli 105 ribu lot saham pada harga rata-rata Rp 702,8 per saham atau senilai Rp 7,4 miliar.
Nilai transaksi yang dilakukan CC setara 17,5 persen jika dibandingkan seluruh transaksi saham ANTM yang mencapai Rp 42,3 miliar.
Sementara pembeli terbesar kedua adalah Samuel Sekuritas (IF) yang membeli 30 ribu lot saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,1 miliar.
Grafik: Harga Saham ANTM Intraday
Sumber: Bareksa.com
Aneka Tambang sebelumnya menyatakan siap membeli saham PT Freeport Indonesia hasil divestasi. Perusahaan tambang pelat merah ini sudah siap untuk melakukan perencanaan dan strategi pengelolaan jika memang harus mengelola 51 persen saham yang akan dilepas Freeport.
Direktur Utama Antam, Teddy Badrujaman mengatakan, pihaknya sejak dulu sudah siap jika memang pemerintah menunjuk Antam untuk bisa melakukan aksi korporasi untuk mengelola saham Freeport yang menjadi hak negara. Merujuk keluarnya PP Nomor 1 Tahun 2017 terkait pelaksanaan kegiatan usaha tambang, Freeport diwajibkan melepas sahamnya sebesar 51 persen kepada pemerintah indonesia.
Teddy mengatakan pihaknya sepakat atas aturan tersebut. Mengingat Antam juga merupakan perusahaan tambang yang harus menuruti peraturan pemerintah.
Berdasarkan laporan keuangan laba perusahaan pada kuaratal I 2017 sebesar Rp 6,6 miliar. Dengan nilai aset mencapai Rp 29,9 triliun. Adapun ekuitas ANTM sebesar Rp 18,4 triliun.
Sementara total liabilitas ANTM mencapai Rp 11,8 triliun yang menandakan rasio debt to total equity (DER) masih 0,64 kali. Dengan demikian, ANTM masih memiliki kemampuan untuk menarik pinjaman jangka panjang yang dapat digunakan untuk mengakuisisi saham Freeport Indonesia, pemilik tambang tembaga dan emas terbesar nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara merupakan bagian upaya pemerintah atas problem hilirisasi dan divestasi usaha pertambangan di Indonesia.
PP yang biasa disebut sebagai PP Minerba ini menegaskan kembali aturan bahwa perusahaan pertambangan pemegang KK harus memurnikan mineral di Indonesia dengan membangun smelter alias tidak boleh mengekspor konsentrat. Apabila tetap ingin mendapatkan izin ekspor konsentrat, perusahaan harus mengubah KK yang dipegang menjadi IUPK.
Terkait dengan divestasi, PP itu menyatakan pemegang IUPK wajib melakukan divestasi secara bertahap sejak tahun kelima produksi. Hasil akhirnya, Indonesia memiliki 51 persen sahamnya pada tahun kesepuluh. Aturan terkait dengan divestasi tersebut akan langsung mengikat Freeport apabila perusahaan itu benar akan menjadi pemegang IUPK.
Kinerja Freeport
Freeport-McMoran secara resmi telah merilis laporan keuangan per Juni 2017 pada Selasa, 25 Juli 2017 waktu setempat. Berdasarkan laporan keuangan Freeport-McMoran, dinyatakan nilai aset Freeport di Indonesia mencapai US$ 11,15 miliar atau sekitar Rp 146,3 triliun pada Juni 2017. Nilai itu melonjak 17,4 persen dibandingkan Juni 2016 yang sebesar US$ 9,49 miliar.
Nilai aset Freeport di Indonesia menyumbang 30 persen terhadap total aset yang dimiliki Freeport-McMoRan. Per Juni 2017 nilai aset perusahaan yang berkantor pusat di Phoenix, Arizona, AS itu sebesar US$ 37,04 miliar. Nilai itu menurun 27 persen dibandingkan per Desember 2016, di mana aset Freeport-McMoran mencapai US$ 41,3 miliar.
Menariknya, sumbangan aset di Indonesia adalah yang terbesar dibandingkan operasi Freeport di negara lainnya. Jika dirinci per segmen bisnis per Juni 2017, aset Freeport-McMoran di tambang tembaga Amerika Utara hanya menyumbang US$ 7,14 miliar. Angka itu hanya menyumbang 19 persen terhadap total aset perusahaan.
Kemudian di segmen bisnis Amerika Selatan, Freeport tercatat memiliki aset sebesar US$ 10,3 miliar. Nilai itu menyumbang 27,8 persen terhadap total aset Freeport.
Aset-aset lainnya tercatat seperti tambang molybdenum yang sebesar US$ 1,9 miliar atau menyumbang 5,12 persen, rod & refining sebesar US$ 253 juta (0,7 persen), smelter dan refinary Atlantic sebesar US$ 739 juta (1,9 persen), serta corporate, other & eliminations sebesar US$ 5,54 miliar (14,9 persen). (Lihat juga : Enggan Akhiri Kontrak Karya, Ini Pernyataan Bos Freeport McMoran)
Tidak hanya itu, dari sisi pertumbuhan aset Freeport di Indonesia merupakan yang tumbuh tertinggi. Meskipun aset rod & refining serta smelter dan refinary Atlantic juga tercatat naik.
Nilai aset Freeport lain seperti tambang di Amerika Utara justru menyusut 6,4 persen, nilai aset tambang Amerika Selatan turun 5,7 persen, tambang molybdenum turun 3,5 persen, serta corporate, other & eliminations yang anjlok 46,8 persen.
Nilai Aset per Segmen Bisnis Freeport-MoRan Inc (US$ juta)
Sumber : Freeport-McMoRan Inc