Soal RAPBN 2018 yang Optimistis dan Hati-hati, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Bareksa • 21 Aug 2017

an image
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan mengenai keterbukaan akses informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan, di Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

APBN tidak menjadi gejolak, namun berfungsi untuk menjaga stabilitas

Bareksa.com – Menteri Keuangan, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menegaskan bahwa penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2018 dilakukan dengan hati-hati namun tetap menunjukkan optimisme perekonomian tahun depan. Dia menjamin bahwa RAPBN 2018 disusun untuk menjadi stabilitas bukan menjadi gejolak.

“Fungsi dari APBN adalah alokasi, distribusi, dan stabilisasi,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 21 Agustus 2017.

Kementerian Keuangan memperkuat RAPBN 2018 sebagai instrumen yang tidak terlalu pesimistis dan juga tidak terlalu optimistis, disamping mencapai sejumlah target ekonomi nasional. Sri Mulyani menyatakan APBN memiliki fungsi secara penuh untuk menciptakan ketika terjadi kondisi pesimisme maka APBN bisa menciptakan optimsime. Ketika terjadi booming ekonomi maka APBN bisa menahan diri agar tidak terjadi overheating.

"Itu kenapa RAPBN 2018 postur pendapatan negara sebesar Rp 1.878,4 triliun dan ini disebutkan proyeksi pertumbuhan pajak cukup positif tapi tidak memberikan beban. Sedangkan belanja negara Rp 2.204,4 triliun dan defisit ditetapkan 2,19 persen terhadap PDB," kata Ani, biasa ia disapa.

Asumsi Makro APBN

Sumber : Kementerian Keuangan

Defisit Anggaran

Sri Mulyani menjelaskan soal defisit anggaran tahun depan diperkirakan akan menyempit jadi 2,19 persen dibandingkan proyeksi tahun ini yang sebesar 2,67 persen. Asumsi defisit anggaran Tahun 2017 melebar dibandingkan realisasi 2016 yang sebesar 2,49 persen.

Ani mengklaim defisit yang ditetapkan di 2018 terbilang mengecil namun disi lain kian sehat dan fungsi seperti stabilitas, alokasi, dan distribusi bisa dijalankan secara maksimal. Bahkan, beberapa indikator bisa dikatakan merespons adanya upaya untuk tidak terlalu bergantung dengan utang.

"Defisit relatif rendah maka kita concern utang kita addres walau memang tidak bisa kita langsung rem mendadak. Karenanya keseimbangan primer ada di Rp 78,4 triliun. Belum nol memang tapi intinya sudah lebih dari separuh dibandingkan dengan di 2017,"  ujar Ani.

Lebih lanjut, Ani menambahkan, dalam proyeksi 2018, pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa mencapai angka 5,4 persen. Dalam hal ini, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau istilah lainnya adalah investasi diharapkan bisa tumbuh di angka 6,3 persen dan untuk ekspor bisa tumbuh sebanyak 5,1 persen serta konsumsi rumah tangga stabil di 5,1 persen.

"Ini asumsi penting untuk melakukan asessment atas proyeksi di 2018. Artinya dunia relatif stabil sehingga bisa mengekspor. IMF dan sejumlah lainnya tadinya optimis dengan pertumbuhan ekonomi dunia tapi mulai mengurangi optimisme untuk 2018. Hal itu mendasari kita menggunakan kalkulasi di 5,4 persen untuk pertumbuhan ekonomi," kata Ani. (K03)