Bareksa.com – PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK) punya nasib baik setelah resmi memecah nilai saham alias stock split. Harga sahamnya langsung naik 6,41 persen dari level pembukaan harga baru Rp 160 pada perdagangan hari ini (Selasa, 15 Agustus 2017).
Saham BTEK bahkan sempat menyentuh level tertinggi Rp 204 atau naik 27,5 persen. Sayang, posisi itu tidak bertahan lama dan membuat saham BTEK menutup hari ke level Rp 166 per saham.
Dalam sehari ini, terjadi transaksi sebanyak 72.015 lot saham BTEK dengan frekuensi 1.617 kali. Nilai transaksi saham BTEK pun mencapai Rp 1,3 miliar. Bareksa mencatat, sebagian besar investor bertransaksi beli saham BTEK melalui UOB Kay Hian Sekuritas.
Broker dengan kode AI itu mencatat volume transaksi sebanyak 14.386 saham dengan frekuensi 114 kali pada harga rata-rata Rp 117 per saham. Sementara, aksi jual terbanyak saham BTEK melalui Danareksa Sekuritas dengan volume 34.393 pada harga rata-rata Rp 176 per saham.
Di sisi lain, saham BTEK di pasar negosiasi ada pada level Rp 195 per saham. Total transaksinya sebanyak 21,26 juta saham dengan nilai Rp 3,34 miliar. Adapun broker yang terlibat dalam transaksi baik jual dan beli adalah OSO Sekuritas Indonesia.
Grafik: Intraday Saham BTEK Hari Pertama Harga Stock Split Hingga Pukul 15:30 WIB
Sumber: Bareksa.com
Sebagai informasi, rencana BTEK untuk melakukan stock split telah disetujui pemegang saham pada 31 Juli 2017. Sesuai hasil RUPSLB, rasio stock split BTEK adalah 1:8, yang artinya setiap satu saham lama dengan nilai nominal Rp 100 per saham akan ditukarkan delapan saham baru dengan nilai nominal Rp 12,5 per saham.
Sesuai jadwal, akhir perdagangan saham BTEK dengan nilai nominal Rp 100 akan berakhir pada 14 Agustus 2017. Adapun, awal perdagangan saham dengan nilai nominal baru Rp 12,5 dimulai pada 15 Agustus 2017.
Sebelum stock split ini, saham BTEk pada tahun ini hingga 14 Agustus 2017 mengalami kenaikan 1,22 persen dari Rp 1.230 menjadi Rp 1.245. Sepanjang periode ini, level tertinggi saham BTEK ada pada level Rp 1.550 dengan level terendah Rp 850.
Kinerja Keuangan
Sementara itu, kinerja keuangan Bumi Teknokultura hingga Juni 2017 masih mengalami tekanan. Perseroan mencatat rugi tahun berjalan Rp 578,5 juta dari periode sama tahun sebelumnya untung Rp 2,69 miliar.
Catatan rugi itu terjadi karena adanya peningkatan beban keuangan dari Rp 26,66 miliar menjadi Rp 39,53 miliar, ditambah lagi dengan penurunan pendapatan lainnya dari Rp 3,08 miliar menjadi Rp 580,15 juta.
Padahal, perseroan mencatat peningkatan penjualan 46,56 persen dari Rp 253,88 miliar pada akhir Juni 2016 menjadi Rp 372,09 miliar per Juni tahun ini.
Perlu diketahui, berdasarkan anggaran dasar perusahaan, kegiatan usaha Bumi Teknokultura bergerak di bidang bioteknologi pertanian, hak pengelolaan hutan, hutan tanam industri. Adapun perseroan memiliki tiga unit usaha yakni bioplant, bioflora, dan biomedica.