Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran dana asing yang masuk ke Indonesia atau capital inflow mencapai sebesar Rp 115 triliun hingga pekan kedua Agustus 2017. Meski begitu, perolehan tersebut masih lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mampu mencapai Rp 137 triliun.
Gubernur BI, Agus DW Martowardojo, tidak menampik arus modal masuk ke Tanah Air masih lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Meski lebih kecil, namun kepercayaan investor terhadap Indonesia berada pada kondisi yang baik. "Kondisi seperti ini tentu harus terus dijaga di masa mendatang," ujarnya di Jakarta, Jumat 11 Agustus 2017.
Menurut Agus, masih baiknya kepercayaan investor bisa dilihat dari disematkannya Indonesia oleh lembaga pemeringkat sebagai negara layak investasi atau investment grade. Jika melihat sisi lain maka kepercayaan tersebut bisa ditinjau dari masih baiknya atau hadirnya minat pembelian Surat Utang Negara (SUN) yang lebih baik dibandingkan dengan negara lain.
"Memang jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu itu sebesar Rp 137 triliun, (arus modal masuk ke Indonesia di minggu kedua Agustus 2017) ini lebih kecil," kata Agus.
Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini menambahkan, positifnya arus modal masuk ke Tanah Air sedikit banyak akan memberi dampak yang baik terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Bahkan, tingkat volatilitas rupiah yang berada di bawah 3 persen membuat nilai tukar rupiah terbilang aman.
"Kalau di Indonesia memang terjaga (pergerakan nilai tukar rupiah terutama terhadap dolar AS) karena arus modal yang masuk ke Tanah Air cukup besar dan eksportir juga melepas dolarnya karena nilai tukarnya mencerminkan daripada fundamental ekonomi Indonesia," ungkap Agus.
Di sisi lain, BI memperkirakan neraca perdagangan Indonesia berada dalam kondisi yang positif. Hal ini tercermin dari transaksi modal dan transaksi finansial sehingga membuat overall balance tetap positif. Tentu sejumlah upaya harus tetap dilakukan agar neraca perdagangan tidak mengalami defisit dan nantinya memberikan beban terhadap perekonomian.
"Transaksi berjalan di kuartal I di bawah 1 persen terhadap PDB dan secara musiman memang di kuartal II lebih tertekan. Nanti sepanjang tahun ada di 1,8 persen dari PDB," ujarnya.
Inflasi Pekan Kedua Agustus 0,02 Persen
Lebih lanjut, mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) tersebut mengungkapkan, bahwa BI mencatat tingkat inflasi sampai dengan pekan kedua Agustus sebesar 0,02 persen. Sementara berdasarkan survei Indeks Harga Konsumen (IHK) oleh BI menunjukan inflasi secara tahunan mencapai 3,91 persen.
Agus berharap sejumlah pihak bisa bersama-sama menjaga agar pergerakan inflasi tidak liar di sepanjang 2017 ini. Namun, sejauh ini gerak inflasi bisa dikatakan berada dalam kondisi yang baik. "Tentu pencapaian ini perlu dipertahankan dan perlu ditingkatkan agar pergerakan inflasi benar-benar bisa menunjang laju ekonomi. Bahkan bisa di 4 persen atau lebih rendah dari 4 persen," kata Agus.
Adapun beberapa komponen penyumbang inflasi justru mengalami deflasi pada awal bulan ini. Misalnya saja angkutan udara, angkutan kota, serta bawang putih yang mengalami inflasi hingga pekan kedua Agustus. Sementara beberapa harga bahan pokok masih menunjukan inflasi di pekan kedua Agustus ini.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Juli 2017 mencapai sebesar 0,22 persen. Secara tahun kalender atau year to date (ytd) mengalami inflasi sebesar 2,60 persen dengan inflasi secara tahun ke tahun atau year on year (yoy) sebesar 3,88 persen.(K03)