Indonesia Property Watch : Jika Suku Bunga Turun, Daya Beli Perumahan Naik

Bareksa • 10 Aug 2017

an image
Pekerja menyelesaikan pembangunan konstruksi salah satu gedung apartemen di kawasan Margonda, Depok, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Terkena Imbas property, produksi semen menurun

Bareksa.com - Pertumbuhan ekonomi nasional di triwulan II 2017 sebesar 5,01 persen relatif masih belum dirasakan sepenuhnya di sektor riil. Sebagian pihak menanggapi hal ini sebagai fenomena anomali dalam perekonomian nasional.

Mengutip IQplus, menanggapi hal tersebut Indonesia Property Watch memberikan beberapa gambaran terkait hubungannya dengan sektor perumahan dan properti.

Berdasarkan survei yang dilakukan, penjualan rumah di wilayah Banten pada kuartal II 2017 mengalami penurunan tipis sebesar 9,3 persen dengan total penjualan rumah sebesar Rp 492,4 miliar, setelah pada triwulan sebelumnya juga menurun 5,9 persen.

"Tren penurunan ini telah berlangsung selama 3 triwulan terakhir dan masih berlanjut sampai saat ini meskipun relatif mengalami penurunan yang landai. Penurunan hampir di semua wilayah Banten, kecuali Kabupaten Tangerang yang mengalami kenaikan sangat tipis 0,6 persen," kata Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis.

Suku Bunga Berpeluang Turun

Namun di sisi lain pihak perbankan yang relatif mulai agresif untuk menurunkan suku bunga KPRnya diperkirakan membuat daya beli masyarakat di sektor perumahan akan naik. "Kondisi ini yang membuat pemerintah harusnya dapat menggenjot sektor perumahan menengah bawah yang meskipun secara nilai terlihat kecil, namun secara jumlah terus menunjukkan peningkatan," ujar Ali.

Indonesia Property Watch menilai bahwa kondisi perekonomian saat ini tidak sepenuhnya menggambarkan penurunan daya beli, melainkan sebuah kondisi siklikal sementara yang terjadi di triwulan II 2017. Saat ini Indonesia ibarat sebuah perusahaan yang baru mulai bangkit yang membutuhkan modal besar dengan pembangunan infrastruktur yang masif. (Baca Juga : Sejak Awal Tahun Memerah Namun Hari Ini Sektor Properti Menghijau, Apa Sebabnya?)

"Keuntungan dari infrastruktur tidak dapat secara instan meningkatkan sektor riil, butuh waktu dan pada saatnya perekonomian Indonesia harusnya bisa lebih tinggi lagi," pungkasnya.

Terkena Imbas Property, Produksi Semen Menurun

Melihat indikator lain seperti produksi semen pada Triwulan II 2017 sebesar 14,38 juta ton, atau turun 3,64 persen (q-to-q) dan 5,01 persen (y-on-y) tidak selalu diartikan sebagai penurunan permintaan dan relatif masih wajar dengan kondisi pasar saat ini.

Kebutuhan semen untuk pasar perumahan menengah bawah relatif meningkat. Menurunnya produksi semen tersebut lebih dikarenakan banyaknya proyek menengah atas dan apartemen yang membutuhkan semen yang banyak tidak terlalu agresif di triwulan II 2017. (Baca Juga : Konsumsi Semen di Semester I 2017 Menurun, Bagaimana Prospek SMGR dan INTP?)

"Meskipun demikian kecenderungan penurunan daya beli di segmen menengah bawah harus tetap dicermati termasuk pencabutan subsidi listrik."ujarnya.