Bareksa.com – PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) memperkirakan modal intinya menjadi Rp 2 triliun pada akhir tahun ini. Hal itu setelah perseroan mendapat restu untuk menggelar rights issue senilai Rp 500 miliar pada semester II ini. Dengan modal itu, Bank MNC pun bersiap menggenjot ekspansi, khususnya pada sektor konsumer dan ritel dengan target pertumbuhan total kredit 13 persen sepanjang tahun ini.
Presiden Direktur Bank MNC Benny Purnomo menjelaskan, struktur permodalan perseroan yang semakin kuat akan mendukung ekspansi kredit di masa depan. “Akhir tahun ini, modal inti MNC Bank ditargetkan naik menjadi Rp 2 triliun,” tulis Benny dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 4 Agustus 2017.
Strategi Bank MNC antara lain peningkatan penyaluran pinjaman pada segmen konsumer, ritel, dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta secara selektif dan prudent tetap mengembangkan segmen korporasi dan komersial. Dari total kredit saat ini, porsi kredit consumer mencapai 55 persen dan wholesale serta UMKM mencapai 45 persen.
Segmen konsumer dan ritel yang akan didorong Bank MNC terutama pada kredit pemilikan rumah (KPR) dan kartu kredit. Hingga Juni 2017, Bank MNC telah menyalurkan KPR sebesar Rp 1,4 triliun atau tumbuh 27 persen dari akhir 2016.
Selain KPR, produk consumer yang juga dikembangkan Bank MNC adalah kartu kredit. Perseroan membidik target penambahan sebanyak 200 ribu kartu kredit baru hingga akhir tahun ini. Tercatat hingga Juni 2017, penambahan kartu kredit sudah mencapai 125 ribu kartu.
Sejalan dengan target kredit, Bank MNC memperkirakan bisa melakukan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sekitar 10 persen dengan fokus pada peningkatan dana murah. Bank MNC menargetkan dana murah dapat mencapai 18 persen dan deposito 82 persen dari posisi saat ini 17 persen berbanding 83 persen.
Secara total, DPK Bank MNC hingga Juni 2017 mencapai Rp 9,4 triliun. “Manajemen menjaga pertumbuhan DPK sebagai langkah konsolidasi agar rasio kredit terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) menguat,” kata Benny.
LDR Bank MNC akan dijaga pada level 84 - 85 persen, dari tahun lalu sebesar 77 persen. "Kami sengaja mengerem sedikit pertumbuhan dananya supaya LDR bisa lebih baik," tuturnya.
Sambil ekspansi, Bank MNC melakukan restrukturisasi penyaluran kredit dilakukan demi kinerja perseroan dalam jangka panjang agar lebih lincah. Perseroan mengalokasikan biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sampai dengan akhir Juni 2017 sebesar Rp87 miliar.
Secara keuangan, Bank MNC hingga 30 Juni 2017 mencatat jumlah pendapatan bunga bersih naik 24,29 persen dari Rp 162,03 miliar menjadi Rp 201,4 miliar. Tapi jumlah beban operasionalnya naik lebih tinggi dari Rp 125,43 miliar menjadi Rp 284,41 miliar.
Akibatnya, Bank MNC menderita rugi operasional sebesar Rp 83,01 miliar dari sebelumnya untung Rp 36,6 miliar. Hal ini pun membuat perseroan mengalami rugi tahun berjalan sebesar Rp 51,42 miliar dari sebelumnya laba Rp 6,63 miliar.