Bareksa.com – Realisasi kontrak baru yang mencapai 95,2 persen dari target tahun ini membuat laba bersih PT Acset Indonusa Tbk (ACSET) hingga Juni 2017 melesat 95,7 persen menjadi Rp 64,2 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 32,8 miliar. Padahal, pendapatan Acsethanya tumbuh 8,4 persen dari Rp 943,7 miliar menjadi Rp 1,02 triliun.
Tahun ini, Acset mematok target kontrak baru sebesar Rp 7,5 triliun dan telah terealisasi Rp 7,14 triliun. Sepanjang enam bulan pertama Tahun 2017. ACSET telah mendapatkan kontrak-kontrak strategis seperti Tol Layang Jakarta-Cikampek II, Tol Bakauheni-Sidomulyo, Tol JORR II Ruas Kunciran-Serpong, Pekerjaan Soil Improvement di Batang (Jawa Tengah), Pekerjaan Mixed-Use Development di Kebon Sirih dan Pekerjaan Bored-Pile St. Regis.
Corporate Secretary & Investor Relations Acset, Maria Cesilia Hapsari, menyampaikan, setelah dipercaya untuk mengerjakan proyek Tol Layang Jakarta-Cikampek II, Acset juga mendapatkan pekerjaan atas proyek Tol JORR II Ruas Kunciran-Serpong. “Hal ini memperlihatkan partisipasi aktif Acset dalam bidang infrastruktur, sesuai dengan strategi usaha Acset tahun 2017,” tulis Maria dalam keterangannya, Rabu, 26 Juli 2017.
Dari kontrak-kontrak baru itu, pendapatan dalam semester pertama 2017 didominasi oleh sektor konstruksi sebesar 60 persen dan kemudian disusul oleh sektor infrastruktur sebesar 32 persen, fondasi 7 persen dan lainnya 1 persen. Porsi pendapatan sektor lainnya menggambarkan usaha anak perusahaan Acset di bidang perdagangan.
Tabel: Kinerja Keuangan Acset Hingga Juni 2017 (dalam jutaan Rupiah)
Sumber: Keterangan perseroan
Pendapatan dalam periode ini terutama didukung oleh proyek-proyek infrastruktur yang sudah mulai memasuki tahap pengerjaan. Selain itu, beberapa waktu lalu Acset juga telah menyelesaikan penambahan saham pada salah satu anak usahanya, yakni PT Bintai Kindenko Engineering Indonesia (BINKEI) yang bergerak sebagai kontraktor mekanikal, elektrikal dan plumbing (MEP).
“BINKEI kini tengah dipercaya untuk mengerjakan beberapa proyek prestisius seperti proyek MRT Jakarta dan Indonesia 1, sehingga diputuskan untuk melakukan penambahan saham dalam rangka meningkatkan kinerja BINKEI di proyek-proyek tersebut,” tambah Maria.
Dalam lima bulan ke depan, Acset akan tetap fokus untuk menyelesaikan proyek-proyek yang sedang berjalan dengan tingkat safety dan kualitas yang baik. Seiring dengan ini, Acset juga akan terus melajukan performanya untuk memenuhi bahkan melampaui target perolehan kontrak baru tahun 2017.
Untuk mencapai ini, Acset kerap melakukan inovasi-inovasi, misalnya diversifikasi ke bidang soil improvement untuk menambah ragam keahlian Perusahaan. Dengan ini, Acset semakin memperkuat kapabilitasnya sebagai kontraktor handal yang terpercaya serta berada dalam roadmap untuk menjadi The Largest Private Construction Company tahun 2020.
Saham ACST
Sedikit berbeda dengan kinerja keuangannya, saham ACST dalam enam bulan pertama tahun ini baru memberikan return 8,16 persen. Return itu terbentuk dari peningkatan harga saham ACST periode 30 Desember 2016 pada Rp 2.820 menjadi Rp 3.050 per 22 Juni 2017.
Grafik: Pergerakan Saham ACST Periode 30 Desember 2016 – 22 Juni 2017
Sumber: Bareksa.com
Meski begitu, saham ACST sempat menyentuh level tertinggi Rp 3.300 pada 20 April 2017. Sementara level terendah tahun ini berada pada Rp 2.560 yang terjadi pada 6 Februari 2017.
Sementara pada perdagangan hari ini, saham ACST ditutup melemah 1,9 persen ke Rp 3.090 dari posisi sehari sebelumnya Rp 3.150. Maka, secara tahunan hingga 26 Juli 2017, return saham ACST meningkat menjadi 9,57 persen.