Berita / / Artikel

Inflasi Juni Masih Terkendali, Suku Bunga Kredit Belum Tentu Turun

• 04 Jul 2017

an image
Agus Martowardojo, Indonesia's Central Bank Governor, attends a press conference at the bank's headquarters in Jakarta. REUTERS/Darren Whiteside

Apabila biaya kredit tetap meningkat maka ruang untuk penurunan suku bunga kredit juga terbatas

Bareksa.com – Bank Indonesia menyatakan angka inflasi pada Juni 2017 sesuai ekspektasi bank sentral. Meski inflasi terkendali, kalangan perbankan masih belum memutuskan untuk menurunkan suku bunga kreditnya.

Gubernur BI, Agus D.W Martowardojo, menegaskan inflasi sebesar 0,69 persen pada Juni 2017 sejalan dengan hasil survei bank sentral pada pekan ketiga dan keempat bulan Juni yang berada pada level 0,5 - 0,64 persen. "Secara tahunan, inflasi juga masih dalam kisaran 4 persen. Kalau sudah mencapai 4,7 persen, baru kami waspadai," ujar dia dalam acara halal bi halal di Gedung BI, Jakarta, Senin, 3 Juli 2017.

Agus memperkirakan sampai akhir 2017, angka inflasi bakal tetap berada di kisaran plus minus 4 persen. Untuk mencapai target tersebut, BI akan memonitor beberapa komponen pembentuk inflasi seperti tarif listrik, transportasi udara, transportasi antar kota, dan harga komoditi seperti harga daging ayam, sapi, cabai dan bawang putih.

Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan bahwa Inflasi pada Juni 2017 mencapai 0,69 persen atau lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya sepanjang tahun ini. Mengencangnya laju inflasi didorong oleh lonjakan harga menjelang dan sepanjang puasa dan Lebaran. Meskipun tumbuh mengencang, namun para analis menilai angka inflasi pada Juni 2017 masih aman dan sesuai target pemerintah.

Ketua Umum Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas), Kartika Wirjoatmodjo, menilai inflasi pada Juni 2017 memang tercatat stabil, namun pergerakan suku bunga pinjaman juga ditentukan oleh komponen lainnya. Pada tahun lalu, biaya kredit semua bank cukup tinggi karena bank harus melakukan pencadangan yang besar.

Kartika yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), mengatakan kendati suku bunga deposito belum naik, namun apabila biaya kredit tetap meningkat maka ruang untuk penurunan suku bunga kredit juga terbatas.

"Untuk suku bunga kredit korporasi dan kredit pemilikan rumah (KPR) spesial (special rate) masih bisa turun, tapi untuk suku bunga kredit komersial dan usaha kecil sulit untuk turun," katanya.

Kartika justru memperkirakan suku bunga kredit bisa naik pada kuartal III tahun ini tergantung dengan permintaan kredit. "Tapi kalau permintaan kredit stay di 10 persen, maka suku bunga kredit masih aman," ungkapnya.

Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Sunarso, mengungkapkan suku bunga kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh inflasi, namun juga oleh likuiditas pasar. "Kalau likuiditas tidak bisa ditahan, kami bisa apa. Walaupun inflasi tidak naik, dananya ada atau tidak. Sekarang ada, tapi hanya cukup untuk menumbuhkan lending saja," papar dia.

Direktur PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Rico Rizal Budidarmo, menyatakan likuiditas bisa mempengaruhi suku bunga kredit. "Dari situ kelihatan supply dan demand-nya," ujarnya.

Direktur Utama PT Bank Mega Tbk (MEGA), Kostaman Thayib menjelaskan, inflasi bagi bank bisa mempengaruhi suku bunga acuan BI. Pasalnya, suku bunga acuan harus berada di atas inflasi.

"Kalau inflasi turun, maka bisa memudahkan BI untuk menurunkan suku bunga acuan. Tapi kan ada pengaruh Fed Fund Rate juga, jadi nanti dilihat bagaimana menimbang kedua hal itu," ungkap dia.(K09)

Tags: