Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS)
KS akan segera mengoperasikan pabrik baja milik PT Krakatau Nippon Steel Sumikin pada September mendatang. Perusahaan hasil patungan dengan Nippon Steel dan Sumitomo Metal Corporation akan memproduksi flat product untuk industri otomotif yang selama ini masih impor.
Perusahaan ini juga akan memproduksi cold rolled steel, galvanizing steel, galvannealing steel yang digunakan untuk industri elektronik atau produk terkait yang membutuhkan pelapisan baja. Sebagai informasi, pabrik KNSS ini mulai dibangun pada 2015 dengan nilai investasi US$300 juta dan berkapasitas 480.000 ton per tahun.
PT Totalindo Eka Persada Tbk
Akhirnya, calon emiten dari sektor konstruksi ini telah mendapatkan harga penawaran umum perdana saham (IPO). Harga saham perseroan sebesar Rp310. Artinya, Totalindo akan meraup dana Rp516,48 miliar dari hajatan ini.
Totalindo melepas 1,666 miliar saham atau setara dengan 24,99 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Perseroan juga akan mengadakan program alokasi saham karyawan dengan mengalokasikan saham perdana sebanyak 16.602.000. Adapun pencatatan saham Totalindo akan digelar pada 18 Juni 2017.
Konsumsi Semen
Sepanjang Mei 2017, konsumsi semen di dalam negeri tumbuh 7 persen menjadi 5,47 juta ton dibandingkan periode sama tahun lalu. Kenaikan permintaan semen didorong oleh bergeraknya pembangunan infrastruktur dan perumahan masyarakat. Sebagian besar permintaan semen berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera.
Secara keseluruhan, konsumsi semen domestik selama lima bulan pertama tahun ini telah mencapai 25,26 juta ton. Angka ini naik 4,1 persen dibanding periode sama tahun lalu.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
Proyek tenaga listrik sepertinya jadi pilihan perusahaan tambang batu bara untuk meningkatkan kinerjanya. Hal ini seperti yang dilakukan Adaro dengan mengikuti enam paket proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Sumatera. Dari enam paket ini, Adaro berharap bisa mengantongi lima paket.
Untuk mendapat proyek milik PT Perusahaan Listri Negara (PLN) itu, Adaro telah menugaskan anak usahanya, yakni Adaro Energy. Sebagai diversifikasi bisnis, Adaro ingin menjaga pertumbuhan kinerja secara berkelanjutan, apalagi terkait dengan harga batu bara yang sulit diprediksi.
PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA)
Perusahaan produsen ban ini menyiapkan anggaran belanja modal hingga US$36 juta. Sebagian besar dari dana tersebut akan dialokasikan untuk kebutuhan penambahan kapasitas produksi pabrik ban roda dua.
Saat ini, Multistrada memiliki pabrik ban sepeda motor dengan kapasitas 6 juta unit per tahun dengan tingkat utilisasi mencapai 80 persen. Dari belanja modal yang telah disiapkan itu, sekitar US$9 juta telah terealisasi pada kuartal pertama.
PT Elnusa Tbk (ELSA)
Perseroan meraup kontrak eksplorasi migas senilai lebih dari Rp1 triliun hingga semester pertama tahun ini. Sebagia besar kontrak pekerjaan untuk lapangan migas Pertamina dan meliputi kegiata jasa survei seismik dan jasa pengeboran darat.
Kegiatan jasa eksplorasi terbaru yang sedang dikerjakan Elnusa di antaranya pekerjaan jasa survei seismik darat 3 dimensi di Papua Barat dengan area survei seluas kurang lebih 500 km persegi. Kegiatan yang sudah dimulai sejak Juni ini diperkirakan selesai dalam kurun waktu satu tahun.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
Jelang satu tahun mengorbit, satelit milik BRI yakni BRIsat mulai dikembangkan penggunaannya. Kali ini, BRI menyerahkan pemanfaatan 4 slot transponder BRIsat kepada lima Kementerian dan Lembaga Negara Indonesia, di antaranya Kepolisian Negara RI, Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, Badan Intelejen Negara RI, Badan Keamanan Laut RI, dan Kementerian Keuangan RI.
Kepastian ini tertuang dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BRI dengan instansi pemerintah terkait. Isinya, Kementerian dan Lembaga Negara yang ditunjuk, dapat memanfaatkan empat transponder BRIsat yang terdiri dari dua transponder C-band dan dua transponder Ku-band. BRI sendiri sudah menyerahkan pemanfaatan empat transponder kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika selaku regulator.