Calon KE Perbankan OJK Soroti Suku Bunga Kredit

Bareksa • 07 Jun 2017

an image
Calon Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana bersiap menyampaikan visi dan misinya saat uji kepatuhan dan kelayakan calon Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Heru Kristiyana dan Agusman adalah dua calon anggota DK OJK yang telah fit and proper test di DPR

Bareksa.com - Kedua calon kepala eksekutif pengawas perbankan untuk Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sama-sama menyoroti tingginya suku bunga perbankan domestik yang membuat sulit bersaing di tingkat ASEAN. Kedua calon berharap bisa mengarahkan suku bunga ke arah satu digit melalui berbagai program yang digulirkan.

Heru Kristiyana sebagai calon kepala eksekutif pengawas perbankan OJK yang pertama menilai, tingginya suku bunga kredit di perbankan karena deposan berdana besar yang meminta suku bunga tinggi. Dengan pemberian suku bunga spesial tentunya mempengaruhi biaya dana perbankan yang menjadi komponen pembentuk suku bunga kredit.

Melihat hal tersebut, Heru mengungkapkan, pihaknya perlu membuat komitmen di antara bank supaya tidak memberikan suku bunga tinggi. "Kalau ada komitmen yang sama, maka deposan tidak bisa memainkan suku bunga simpanan," jelasnya di Jakarta, Selasa (6 Juni 2017).

Selain itu, apabila sukses menjadi kepala eksekutif pengawas perbankan, Heru akan mengeluarkan supervisory action terkait penurunan suku bunga. Langkah supervisory action ini sudah dilakukan oleh OJK sebelumnya dengan mengeluarkan capping atau batasan suku bunga simpanan bagi bank BUKU III dan IV.

"Langkah supervisory action dalam konteks suku bunga deposito bertujuan untuk membuat persaingan lebih baik," katanya.

Namun, langkah supervisory action ini harus juga diimbangi dengan pendalaman pasar keuangan. Pasalnya, tanpa hal tersebut, maka produk keuangan yang ada di dalam negeri menjadi tidak menarik sehingga mengakibatkan capital outflow.

Sementara itu, Agusman sebagai calon kepala eksekutif perbankan yang kedua memiliki pendekatan berbeda dengan Heru. Dia menilai, perbankan perlu memiliki basis data kredit nasabah yang lebih baik. Basis data nasabah ini bisa membantu perbankan melihat profil nasabah sehingga bisa memberikan suku bunga kredit secara proporsional.

Lebih lanjut, perbankan perlu diperkenalkan dengan jenis kolateral atau jaminan tanah dan resi gudang. Kolateral ini perlu mendapat aspek legalitas sehingga bisa membuat biaya kredit semakin murah.

Selain itu, OJK perlu mendorong kompetisi di industri perbankan supaya membuat harga semakin bersaing. Ditambah pula, perlu adanya transparansi pemberian suku bunga antara suku bunga tertinggi dengan suku bunga terendah yang bertujuan untuk mempermudah melihat efisiensi sebuah perbankan.

Agusman juga melihat, di antara beberapa komponen pembentuk suku bunga kredit, biaya overhead juga mendapat porsi paling besar. Guna menurunkan biaya overhead ini, perbankan perlu didorong untuk melakukan efisiensi. Adapun bentuk efisiensi yang bisa dilakukan adalah dengan mengoptimalkan kinerja sumber daya manusia (SDM), menyamakan kualitas pelayanan antara bank milik negara dan bank swasta serta meningkatkan kualitas kredit supaya bisa mengurangi biaya penghapusan cadangan.

"Kalau dari sisi bank, hal yang paling mungkin dilakukan adalah dengan melakukan efisiensi. Karena kalau biaya dana sangat terkait inflasi dan nasabah juga inginnya di atas inflasi supaya tidak ada negative interest," katanya. (K09)