Inflasi pada Januari - Mei Naik 4 Kali Lipat, Haruskah BI Rate Naik?

Bareksa • 05 Jun 2017

an image
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kanan) berbincang dengan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara usai menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (19/5). BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 7,50 persen sejalan dengan kebijakan moneter guna menjaga infla

Peluang kenaikan suku bunga acuan AS pada Juni sebesar 95,8 persen.

Bareksa.com – Badan Pusat Statistik (BPS), akhir pekan lalu merilis data inflasi sepanjang Mei 2017 sebesar 0,39 persen. Secara tahunan (YoY), inflasi pada Mei 2017 naik 4,33 persen dibandingkan Mei 2016. Realisasi inflasi tersebut masih di bawah ekspektasi konsensus yang sebesar 4,37 persen. Meski begitu, angka inflasi tersebut mengencang dibandingkan pada Mei 2016 yang sebesar 3,33 persen.

Tabel : Perbandingan Data Inflasi Indonesia (%)

Sumber : BPS, diolah Bareksa

Berdasarkan hasil riset Bareksa, data inflasi Indonesia periode Januari – Mei 2017 telah naik hingga 4 kali lipat dari 0,4 menjadi 1,67 persen. Angka itu semakin mendekati target Inflasi pemerintah tahun ini yakni 3 persen (± 1 persen).

Cepat atau Lambat BI Rate Akan Naik

Selain data Inflasi Indonesia yang termasuk “tinggi” di 5 bulan pertama tahun ini dibandingkan 2015 dan 2016, data – data perekonomian Amerika Serikat juga mulai membaik. Hal ini ditunjukkan oleh data pengangguran AS per Mei 2017 yang mencapai level terendahnya dalam beberapa tahun terakhir.

Grafik : Perbandingan Pengangguran AS

Sumber : US Bureau of Labor Statistics, diolah Bareksa

Data pengangguran AS merupakan salah satu variabel utama yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan terkait perubahan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve). (Baca Juga : 99% Konsensus Memprediksi Fed Fund Rate Naik 25 Bps, Ini Alasannya!)

Dalam hal ini, semakin rendah angka pengangguran AS menggambarkan bahwa kondisi perekonomian AS semakin membaik dikarenakan mulai banyak orang yang bekerja di negeri Paman Sam tersebut. Ketika perekonomian perlahan membaik, barulah The Fed berani menaikkan tingkat suku bunga.

Gambar : Peluang Kenaikan FFR 14 Juni 2017

Sumber : CME Group, diolah Bareksa

Para pelaku pasar optimistis, di mana sejak 4 Mei hingga hari ini, Senin, 5 Juni 2017, tingkat kepercayaan kalangan yang memprediksi suku bunga AS (Fed Fund Rate/FFR) akan berada di level 1 – 1,25 persen terus meningkat. Bahkan hingga hari ini sebanyak 95,8 persen responden yakin bahwa FFR akan naik 25 basis poin menjadi 1- 1,25 persen pada Pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) 14 Juni mendatang.

Di sisi lain, tingkat suku bunga Indonesia masih mampu terjaga di level 4,75 persen dalam 7 bulan terakhir, atau sejak Oktober 2016. Padahal, pada Maret 2017 suku bunga AS naik 25 basis poin ke level 0,75 persen.

Grafik : Perbandingan BI Rate

Sumber : Bank Indonesia, diolah Bareksa

Dengan membaiknya perekonomian AS yang mampu mempengaruhi pasar finansial global, serta perekonomian domestik yang diwakili oleh data Inflasi Indonesia sudah mulai menunjukkan angka yang meningkat signifikan, Analis Bareksa melihat variabel – variabel tersebut akan memberikan ruang yang kecil bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan saat ini.

Sehingga, apabila suku bunga AS kembali naik di bulan ini, cepat atau lambat BI Rate juga berpeluang untuk dinaikkan guna mengantisipasi adanya capital outflow di Indonesia dan berdampak pada pelemahan nilai mata uang rupiah.