Bareksa.com – Pemegang saham telah memberikan restu kepada PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) untuk menukar utang dengan saham melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar 30 Mei 2017. Hal tersebut menjadi salah satu sentimen yang menggerakkan harga saham emiten tambang mineral ini pada dua hari perdagangan hingga hari ini, 2 Juni 2017.
Hingga pukul 15.00 WIB hari ini 2 Juni 2017, harga saham BRMS naik 4,11 persen menjadi Rp76 dibandingkan penutupan sebelumnya. Bila diakumulasikan selama dua hari perdagangan terakhir (31 Mei-2 Juni 2017), saham terafiliasi Grup Bakrie ini sudah naik 14 persen.
Seperti tertuang dalam keterbukaan informasi di Bursa, BRMS akan menerbitkan saham tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) senilai US$286,11 juta atau setara Rp3,8 triliun. Nantinya jumlah saham yang diterbitkan akan mencapai 36,75 miliar lembar, dengan harga pelaksanaan Rp84 per saham. Akibat aksi korporasi ini, efek dilusinya terhadap pemegang saham lama mencapai 58,97 persen.
Melalui aksi non-HMETD, BRMS akan membayar utangnya kepada tiga kreditur. Perinciannya adalah: utang Wexler Capital Pte Ltd sebesar US$100 juta, First Financial Company Ltd sebesar US$90 juta dan utang vendor senilai US$40 juta.
Usai restrukturisasi utang itu, anak usaha dari PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ini tinggal menuntaskan sisa utang dari Credit Suisse sekitar US$90 juta. BRMS berharap bisa segera berada pada posisi tanpa utang alias zero-debt.
Akankah hal tersebut menjadi sinyal bagi saham BRMS akan terbang seperti induknya, PT Bumi Resources Tbk (BUMI)?
Berdasarkan pantauan Bareksa, saham BUMI telah meroket hampir lima kali lipat pasca rencana penataan ulang utangnya. Hingga penutupan perdagangan 31 Mei 2017, saham BUMI ditutup di level Rp384, dari Rp80 pada 18 Oktober 2016.
Meskipun demikian, rencana restrukturisasi utang itu tersebut belum terwujud. Pasalnya, perseroan masih harus menunggu lagi untuk izin efektif pelaksanaan penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue) dan obligasi wajib konversi (OWK) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (Baca juga: Perlu Dokumen Tambahan, Izin Rights Issue Bumi Resources Tertunda)
Grafik: Pergerakan Harga Saham BUMI Pasca Rencana Restrukturisasi
Sumber: Bareksa.com
Kembali lagi kepada saham BRMS, rencana penataan ulang utangnya sudah sesuai dengan keinginan pemegang saham. Namun, menurut analis Oso Securities, Riska Afriani, peningkatan harga saham ini akan berlangsung sementara, hanya karena pemegang saham BRMS setuju dengan konversi utangnya. Sementara itu, belum terlihat bagaimana kinerja keuangan perseroan di masa depan. Hingga saat ini, Bumi Minerals masih mencatatkan kerugian.
“Konversi utang ini memang akan memperbaiki dari struktur modal Bumi Minerals, tapi bisnis intinya belum. Sehingga, saya melihat Bumi Minerals membutuhkan jangka waktu yang relatif panjang, sekitar dua hingga tiga tahun untuk dapat memperbaiki kinerjanya," kata Riska.
Dari sisi kinerja, sepanjang kuartal I-2017, rugi Bumi Minerals membengkak hampir empat kali lipat menjadi Rp79,2 miliar dari Rp20 miliar pada periode sama tahun lalu. Hal ini terdorong beban usaha lain-lain perusahaan yang juga melonjak lebih dari 13 kali lipat menjadi Rp55,6 miliar dari sebelumnya hanya sebesar Rp4,9 miliar.
Padahal, pendapatan BRMS berhasil naik 350 persen menjadi Rp67,5 miliar dari sebelumnya Rp15 miliar.
Grafik: Pendapatan (skala kiri) dan Rugi (kanan) BRMS Kuartal I 2013-2017
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, Bareksa.com
Namun, dari sisi neraca, total utang Bumi Minerals sudah jauh berkurang, seiring dengan langkah perseroan untuk menata ulang utangnya. Total liabilitas (kewajiban) perseroan per akhir Maret 2017 tercatat menjadi Rp6,1 triliun, berkurang separuh dibandingkan Rp12,2 triliun setahun sebelumnya. Hal ini disebabkan pelunasan utang Credit Suisse sejak tahun 2010.
Grafik: Perbandingan Total Utang BRMS Kuartal I 2013-2017
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan
Bumi Minerals melunasi utang kepada Credit Suisse dengan cara menjual 24 persen kepemilikan di PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) senilai US$400 juta kepada Grup Medco.
Bila rencana restrukturisasi utang dengan cara penerbitan saham tanpa HMETD bisa terlaksana, tentunya jumlah utang perseroan bisa semakin mengecil dan mengurangi beban keuangan secara keseluruhan. Dampaknya, kondisi keuangan Bumi Minerals pun menjadi lebih sehat. (hm)