MARKET BRIEF: Pendapatan SUPR Naik 9,3%, INTP Anggarkan Capex Rp1,7 T

Bareksa • 23 May 2017

an image
Sejumlah pengunjung menghadiri acara penutupan perdagangan IHSG bulan Januari 2017 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Ciputra Group berhasil meraup penjualan senilai Rp190 miliar dari tiga klaster perdana proyek Citraland Tallasa City

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.

PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR)

Bisnis menara telekomunikasi yang makin marak tidak menyurutkan laju bisnis Solusi Tunas Pratama. Perusahaan tersebut mencatat kenaikan pendapatan 9,3 persen menjadi Rp478,7 miliar di kuartal I 2017 dibanding periode sama  tahun lalu.

Hasil ini tidak terlepas dari keberadaan infrastruktur yang dipunya emiten berkode SUPR tersebut. Hingga akhir Maret tahun ini, Solusi Tunas sudah mempunyai 6.346 base transceiver station (BTS), 555 microcell, 39 indoor distributed antenna system (DAS) dan 2.783 km kabel optik. Apalagi manajemen perusahaan ini sudah punya kontrak anyar dengan operator telekomunikasi untuk urusan sewa menara. Ditaksir, total nilai kontrak hingga akhir Maret tahun ini berkisar Rp10,4 triliun.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

Perusahaan industri dasar produk semen, Indocement menganggarkan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp1,7 triliun. Belanja modal tahun ini menurun, bila dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar Rp1,8 triliun.

Hingga kuartal pertama 2017, INTP telah menggunakan capex sebanyak Rp162 miliar. Belanja modal tahun ini diambil dari kas internal tanpa dari pinjaman. Tahun ini, INTP akan menggunakan dana tersebut untuk menambah terminal dan pengepakan semen di dua lokasi, satu di Sumatera dan satu lokasi lain sedang dalam kajian.

Selain itu, INTP juga akan mengganti alat operasional berupa penghisap debu yang bisa membuat pekerjaan lebih efisien dan ramah lingkungan. Rencananya tahun ini, perusahaan akan meng-upgrade dua alat pada dua pabrik di P9 dan P4.

Ciputra Group

Ciputra Group berhasil meraup penjualan senilai Rp190 miliar dari tiga klaster perdana proyek Citraland Tallasa City seluas 120 hektare di Makassar, Sulawesi Selatan.

Managing Director Ciputra Group Harun Hajadi mengatakan penjualan itu didapat dari 152 unit yang diserap konsumen saat rilis awal pekan lalu. Adapun total yang dilepas untuk tahap pertama sebanyak 400 unit.

PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS)

Emiten afiliasi Grup Sinar Mas ini berhasil mencatatkan prapenjualan lahan industri seluas 36 hektare (ha) sampai pertengahan Mei 2017. Jumlah ini setara dengan 60 persen dari target yang ditetapkan perseroan tahun ini yakni 60 ha.

Puradelta masih memiliki lahan industri stok lahan industri sekitar 400 ha untuk dijajakan. Meskipun masih luas, perseroan masih berencana untuk melakukan penambahan lahan. Tahun ini, perseroan menganggarkan dana Rp200 miliar untuk akuisisi lahan di sekitar Greenland International Industrial Center (GIIC) dengan target sekitar 10 ha.

 PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN)

Panin Bank menargetkan pertumbuhan kredit lebih tinggi dari realisasi 2016 lalu. Pada 2017, bank berkode emiten PNBN ini menargetkan pertumbuhan kredit 6 persen sampai 8 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Herwidayatmo, Direktur Utama Panin Bank mengatakan, target pertumbuhan kredit ini akan disokong oleh kredit komersial dan konsumer. Sebagai gambaran saja, saat ini komposisi utama kredit Panin Bank adalah di sektor komersial.

PT Smart Tbk (SMAR)

Emiten perkebunan Grup Sinar Mas ini mengembangkan material tanam kelapa sawit unggulan yang dikembangkan di pusat-pusat penelitian perusahaan, SMART Research Institute’s (SMARTRI) dan Pusat Bioteknologi SMART. Bahan tanam ini, yakni Eka 1 dan Eka 2 telah terdaftar di Katalog Bibit Indonesia dan disetujui untuk dibudidayakan pada tanggal 21 April 2017 lalu oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.

Material tanam kelapa sawit tersebut berpotensi meningkatkan produktivitas minyak sawit perusahaan mencapai lebih dari 10 ton per hektare per tahun. Bandingkan dengan kemampuan produksi SMAR saat ini yang berkisar antara 7,5 ton-8 ton/hektare/tahun dalam kondisi cuaca dan areal tanam yang optimal. Adapun produktivitas rata-rata industri kelapa sawit Indonesia saat ini kurang dari 4 ton/hektare/tahun.

PT TIMAH Tbk (TINS)

PT Timah dan Kepolisian Daerah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung kembali melakukan penanaman pohon di lahan reklamasi perseroan, bertempat di Air Gang dusun Selinsing Desa Selinsing Kabupaten Belitung Timur diarea seluas 6,5 hektar.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut pilot project BUMN pertambangan dalam hal reklamasi dengan Polda Babel dalam program yang bernama “Bhabinkamtibmas Go Green”.

Harga Timah

Kenaikan harga timah masih berlanjut secara signifikan. Imbas dari keringnya pasokan dan dugaan masih akan naiknya kebutuhan timah menjadi katalis pendongkrak harga timah untuk sementara waktu.

Mengutip Bloomberg, kemarin pukul 16.12 WIB harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melambung 0,62 persen ke level US$ 20.527,50 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Harga ini bahkan sudah terbang 3,28 persen dalam sepekan terakhir.

Harga CPO

Kenaikan ekspor minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) serta pemangkasan pajak ekspor Malaysia memberi suntikan tenaga pada harga CPO jangka pendek. Tren penguatan harga hingga semester pertama semakin terjaga oleh prospek permintaan bulan Ramadan.

Mengutip Bloomberg, kemarin pukul 16.00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Agustus 2017 di Malaysia Derivative Exchange menguat 1 persen ke level RM 2.663 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, CPO menanjak 2,07 persen.