Bareksa.com- Gubernur aktif Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok hari ini telah di vonis hukuman 2 tahun penjara terkait kasus penistaan agama. Menyusul kalahnya Ahok dalam pemilihan kepala daerah di Jakarta bulan lalu, adanya kasus ini semakin menambah pesismisme investor terhadap saham-saham yang terkait dengan reklamasi teluk Jakarta. Pasalnya hanya Ahok yang masih memperjuangkan reklamasi teluk Jakarta.
Barikut penelusuran Bareksa terhadap pergerakan tiga saham perusahaan yang terkait dengan reklamasi teluk Jakarta yaitu saham PT Agung Podomoroland Tbk (APLN), PT Intiland Development Tbk (DILD) dan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA);
1. PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN)
Pada tahun 2014, saham APLN menguat bersamaan dengan keluarnya izin pelaksanaan reklamasi Pluit City di tanggal 23 Desember 2014. Puncaknya terjadi di bulan Februari 2015 dimana saat itu harga saham berada pada level Rp471 per saham, naik lebih dari dua kali lipat dibanding harga saham APLN di awal tahun 2014.
Namun kemudian tersiar kabar bahwa izin reklamasi pantai dinilai membahayakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). KKP terus menentang keputusan Gubernur Jakarta. Pasalnya, pemberian izin tersebut melabrak Peraturan Presiden No.122/2012 tentang reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Aturan ini menjelaskan tahapan yang harus dilalui pejabat pemerintah sebelum menerbitkan izin reklamasi.
Tak hanya diganjar dari KKP, anggota DPRD pun juga turut menjegal Raperda yang mengatur zonasi reklamasi. Padahal dalam Raperda tersebut Ahok mengusulkan 15 persen dari nilai lahan daerah yang bisa dijual harus dijadikan kontribusi pengembang ke pemerintah daerah.
Investor pun langsung melepas saham APLN hingga menyusut ke level Rp300 per saham. Harga saham semakin tertekan setelah mantan Presiden Direktur APLN, Ariesman Widjaja tersangkut kasus suap kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Mohamad Sanusi.
Saat ini dengan semakin buramnya kepastian akan reklamasi teluk Jakarta, harga saham APLN sudah berada di bawah kondisi awal tahun 2014, yakni di level Rp204 per saham.
Grafik: Pergerakan Saham APLN Sejak Tahun 2014
Sumber: Bareksa.com
2. PT Intiland Development Tbk (DILD)
Serupa dengan saham APLN, sejak Februari 2015 harga saham DILD terus berfluktuasi. Apalagi seiring dengan pesimisme investor terhadap terpilihnya Ahok menjadi gubernur karena digencat dengan kasus penistaan agama membuat harga saham DILD ambles dari level Rp555 per saham di bulan November 2016, saat ini menjadi hanya Rp418 per saham.
Grafik: Pergerakan Saham DILD Sejak Tahun 2014
Sumber: Bareksa.com
3. PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA)
Meskipun harga saham PJAA juga turut terseret ketidakpastian soal reklamasi, namun penurunan harga saham BUMD ini masih lebih baik dibandingkan dua perusahaan swasta lainnya.
Di awal 2015 lalu, harga saham PJAA melesat hingga Rp2.800 per saham, kenaikan tersebut hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan awal tahun 2014 yang hanya Rp1.010 per saham. Sejak masalah reklamasi teluk Jakarta dipersoalkan, harga saham PJAA pun ikut menyusut tetapi masih bertahan di atas level awal tahun 2014.
Grafik: Pergerakan Saham PJAA Sejak Tahun 2014
Sumber: Bareksa.com