MARKET BRIEF: Tarif Listrik Naik Lagi di Bulan Mei, GIAA Catat Rugi di Q1-17

Bareksa • 02 May 2017

an image
Menteri BUMN Rini Soemarno (tengah) berfoto bersama dengan Direktur Utama Bank BNI Achmad Baiquni (kiri), Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir (kedua kiri), Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam (kedua kanan), dan Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo (kanan) usai menandatangani surat perjanjian kerjasama kredit sindikasi .

Sepanjang kuartal I, 25 BUMN mencatatkan total kerugian sekitar Rp3 triliun

Bareksa.com – Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.

PT Hanson International Tbk (MYRX)

Emiten properti ini mencatatkan rugi bersih yang cukup dalam pada tiga bulan pertama 2017. Hal ini disebabkan perseroan sama sekali tidak mencatatkan penjualan bersih sepanjang Januari-Maret 2017 dibandingkan dengan perolehan Rp104,6 miliar pada periode sama tahun lalu.

Melansir keterbukaan informasi yang diterbitkan perseroan di Jakarta tertanggal 29 April 2017, emiten yang dikendalikan oleh Benny Tjokro ini mencatat kerugian bersih sebesar Rp63,89 miliar pada kuartal I-2017, membalikkan laba sebesar Rp8,94 miliar sebesar pada kuartal I-2016.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA)

Maskapai penerbangan milik negara ini membukukan rugi yang diatribusikan ke entitas induk sebesar US$98,5 juta pada tiga bulan pertama 2017, atau sekitar Rp1,31 triliun (kurs Rp13.300 per dolar AS). Hal ini membalikkan keadaan kuartal I tahun lalu, di mana emiten dengan kode saham GIAA itu masih mencetak laba yang diatribusikan ke entitas induk sebesar US$1,02 juta.

Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury mengatakan, kerugian bersih tersebut utamanya disebabkan kenaikan harga bahan bakar avtur.

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)

Emiten properti ini terus mempersiapkan strategi untuk bisa mencapai target marketing sales atau pra-penjualan tahun ini. Dalam waktu dekat, SMRA akan meluncurkan gedung perkantoran bertajuk Kenshington Office Tower di kawasan Summarecon Kelapa Gading dan sarana komersial di Summarecon Bandung berupa rumah toko (ruko) dengan mengusung nama Magna Commercial.

Kinerja BUMN

Kementerian BUMN mencatat jumlah BUMN yang rugi pada akhir kuartal I 2017 mencapai 25 perusahaan, dengan nilai kerugian mencapai Rp 3 triliun.

Sekretaris Kementerian BUMN Imam A. Putro mengatakan salah satu BUMN yang menyumbang kerugian terbesar adalah Perum Bulog. Perusahaan ini pada tiga bulan pertama tahun ini mencatatkan kerugian Rp903 miliar. Selain Bulog, BUMN lain yang juga mencatatkan kerugian adalah Kertas Leces, Industri Sandang dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).

Sepanjang tahun 2016, terdapat 22 BUMN yang rugi, dengan jumlah kerugian mencapai Rp 5,6 triliun. Tahun ini, Kementerian BUMN menargetkan hanya PT Merpati Nusantara yang rugi.

Biaya Transaksi Antar-Bank BUMN

Menteri BUMN Rini Soemarno meminta biaya transaksi antar-bank BUMN melalui ATM bisa menjadi Rp0 seiring dengan sinergi di antara bank-bank pelat merah.Menurut Rini, hal itu sangat dimungkinkan bagi bank-bank BUMN menyusul digabungkannya ATM-ATM bank BUMN menggunakan perusahaan switching, Link.

Saat ini, biaya transaksi antar-bank BUMN melalui ATM Link telah turun menjadi Rp 4.000 per transaksi dari sebelumnya Rp 6.000 per transaksi. Dengan pola integrasi ATM, masing-masing bank bisa menggunakan dana belanja ATM untuk keperluan lain.

Tarif Listrik

Berdasarkan Permen ESDM 28-2016, tarif listrik Rumah Tangga Mampu (RTM) 900 VA per 1 Januari 2017 naik dari Rp791 per kilowatt hour (kWH) menjadi Rp1.034 per kWh pada 1 Maret 2017. Dan pada 1 Mei 2017 berubah lagi dari Rp1.034 per kWh menjadi Rp1.352 per kWh. Namun, pelanggan rumah tangga daya 900 VA yang termasuk miskin dan tidak mampu masih tetap menggunakan tarif listrik yang bersubsidi, yakni Rp605 per kWh.

Sebelumnya, Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun menjelaskan rata-rata pembayaran listrik untuk pelanggan 900 VA per bulannya sekitar Rp76.000. Golongan yang kurang mampu masih disubsidi Rp‎770 per kWh atau Rp100.000 per bulannya. Dengan pencabutan subsidi tersebut, maka golongan pelanggan 900 VA yang mampu akan membayar hingga Rp176.000 per bulan.