Bareksa.com – Bulan April akan segera berakhir. Instansi keuangan, termasuk perusahaan asuransi, sudah ditunggu deadline terkait publikasi laporan keuangan untuk tahun buku 2016 paling lambat hingga hari ini (28 April 2017). Salah satu pendorong bisnis asuransi adalah pasar keuangan yang membaik pada tahun lalu.
Sekedar informasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun lalu ditutup menguat 17 persen ke level 5.297, begitupun dengan yield obligasi yang turun 73 bps menjadi 7,94 persen di akhir tahun 2016. Maka dari itu, bisa dibilang pada tahun lalu pasar Indonesia cenderung bullish.
Dengan keadaan seperti itu, bagaimana kinerja asuransi besar di Indonesia?
Bareksa mencoba menelusuri empat asuransi nasional, yaitu: PT Asuransi Allianz Life Indonesia, PT BNI Life Insurance, PT Asuransi BRI Life, dan PT AXA Mandiri. Menilik pendapatan premi di tahun 2016, Allianz mempunyai pendapatan premi paling besar yakni sebesar Rp9 triliun, disusul oleh AXA Mandiri dengan premi Rp8,1 triliun, BNI Life Rp4,7 triliun, dan BRI Life senilai Rp2,5 triliun.
Karena adanya perbedaan besaran premi yang didapat, maka kurang fair apabila menilai dari sudut pandang besaran premi. Oleh sebab itu, Bareksa mencoba untuk melihat dari segi pertumbuhan premi. Alhasil, BNI Life merupakan asuransi dengan pertumbuhan terbesar di tahun 2016 dengan pertumbuhan mencapai 46 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2015.
Grafik : Pertumbuhan Premi dan Laba Bersih Perusahaan Asuransi 2015 – 2016
Sumber : Bareksa.com
Dari segi pertumbuhan laba bersih pun demikian. BNI Life masih menjadi juaranya dengan pertumbuhan laba bersih 15 persen atau senilai Rp183,9 miliar. Hal yang ekstrim justru terjadi di Asuransi BRI Life, yang mencatatkan penurununan pertumubuhan laba bersih hingga 50 persen. Hal itu disebabkan karena adanya kenaikan total beban sebesar 40 persen menjadi Rp2,9 triliun setelah akun “perubahaan liabilitas manfaat polis masa depan” naik 135 persen menjadi Rp617,6 miliar saat pertumbuhan premi netto hanya di angka 6 persen.
Lantas, bagaimana dengan kesehatan finansial perusahaan asuransi?
Dalam hal ini, Bareksa memakai indikator rasio pencapaian solvabilitas. RBC atau Risk Based Capital merupakan perbandingan antara jumlah total aset terhadap besaran klaim yang diterima di tahun tertentu. RBC juga bisa diartikan sebagai kekuatan modal perusahaan asuransi dalam membayar klaim seluruh nasabahnya. Semakin tinggi RBC sebuah perusahaan asuransi, maka bisa dikatakan bahwa perusahaan asuransi tersebut semakin baik dan sehat.
Rasio tersebut wajib dilaporkan kepada pemerintah -- yang dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) -- secara berkala, biasanya kuartalan. Adapun ketentuan minimum RBC yang ditetapkan sekarang adalah 120 persen, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012.
Grafik : Perbandingan RBC Perusahaan Asuransi Tahun 2016
Sumber : Bareksa.com
Seperti terlihat dalam grafik, BNI Life memiliki RBC tertinggi yakni mencapai 1124 persen, artinya permodalan perusahaan bisa menutupi hingga lebih dari sepuluh kali klaim seluruh nasabahnya.
Berdasarkan tiga indikator tersebut, dapat disimpulkan bahwa PT BNI Life Insurance membukukan kinerja terbaik di antara empat asuransi nasional di tahun 2016. (hm)