Bareksa.com – PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) telah merilis kinerja keuangan kuartal pertama tahun 2017. Dalam periode ini, Matahari berhasil mempertahankan laba bersih di tengah penurunan penjualan. Berikut hasil olah analis Bareksa terkait penjabaran bagaimana kondisi ini dapat terjadi.
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Matahari, penjualan sepanjang kuartal pertama tahun ini turun 1,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp3,26 triliun. Pada periode yang sama, pertumbuhan penjualan di toko yang sudah ada -- atau biasa disebut Same Store Sales Growth (SSSG) -- menunjukkan pertumbuhan negatif 3,5 persen. Kondisi ini berkebalikan dengan sejumlah perusahaan sejenis yakni PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) dan PT Ace Hardware Tbk (ACES) yang mempunyai pertumbuhan SSSG positif masing-masing 1 persen dan 5 persen.
Grafik : Perbandingan SSSG Matahari Department Store
Sumber : Laporan perusahaan, diolah Bareksa
Publikasi yang dikeluarkan oleh Matahari menyebut penurunan SSSG terbesar dalam periode tersebut berasal dari area luar Pulau Jawa yang tumbuh negatif 5,2 persen. Padahal area ini berkontribusi hingga 40,4 persen dari total penjualan.
Area DKI Jakarta juga tumbuh negatif 4,4 persen. Sementara pertumbuhan Pulau Jawa di luar DKI Jakarta juga negatif meskipun hanya 0,7 persen.
Beli Putus Vs. Konsinyasi
Terlepas dari penurunan penjualan dan SSSG tersebut, Matahari ternyata memiliki sistem kerja sama dengan para pemasok (supplier) yang masih memberikan keuntungan bagi Matahari. Sistem beli putus atau direct purchasement (DP) dan konsinyasi adalah dua metode penjualan yang dipakai Matahari Department Store.
Dalam sistem beli putus, Matahari membeli barang dari pemasok dan menjualnya kembali kepada konsumen dengan harga yang lebih tinggi. Sementara itu, dalam sistem konsinyasi, Matahari hanya 'dititipi' barang oleh pemasok dan mendapatkan komisi dari barang yang telah dijual kepada konsumen ritel, sehingga marjin keuntungannya tentu lebih kecil dibandingkan dengan sistem beli putus. Strategi rebalancing dari dua sistem inilah yang menentukan besaran keuntungan Matahari.
Sepanjang Januari-Maret 2017, Matahari berhasil menekan pertumbuhan penjualan yang berasal dari konsinyasi dan meningkatkan penjualan dari sistem beli putus dengan berinovasi pada pengembangan toko digital yakni mataharimall.com. Kondisi inilah yang membuat rasio marjin laba kotor Matahari meningkat menjadi 36,3 persen dari sebelumnya 35,3 persen. Sehingga meskipun mengalami penurunan penjualan, Matahari masih dapat mempertahankan laba bersih senilai Rp244,2 miliar.
Grafik : Perbandingan Pertumbuhan DP dan CV di Matahari
Sumber : Laporan perusahaan, diolah Bareksa
Tak heran jika pelaku pasar masih merespon positif saham LPPF. Hingga jeda siang ini, saham LPPF melonjak 7 persen menjadi Rp14.975 per saham. (hm)