Berita / / Artikel

Baru Dibuka Dari Suspensi, Saham FPNI Anjlok 25%, Kenapa?

• 07 Apr 2017

an image
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Sebelumnya harga saham FPNI telah naik hampir empat kali lipat dari sebelumnya Rp153 pada tanggal 7 Maret 2017.

Bareksa.com - Harga saham PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) merosot  hingga menyentuh batas persentase terbesar harian di Bursa Efek Indonesia pada perdagangan hari ini, 6 April 2017. Padahal, saham ini baru saja mulai kembali diperdagangkan, setelah sebelumnya dihentikan sementara (disuspensi) sejak tanggal 20 Maret 2017 akibat kenaikan harga saham yang sangat signifikan.

Di hari pertama setelah aktif kembali diperdagangkan, harga saham FPNI anjlok 25 persen menjadi Rp454, dibandingkan level penutupan sebelumnya yang masih berada di Rp605. Penurunan tersebut membuat instruksi order saham FPNI mengalami penolakan otomatis (auto rejection)

Padahal sebelum disuspensi, harga saham emiten produsen bahan kimia ini naik hampir empat kali lipat dari sebelumnya Rp153 pada tanggal 7 Maret 2017. (Baca juga: Bursa Suspensi Saham FPNI Setelah Melaju Hingga 368,99%)

Grafik: Pergerakan Harga Saham FPNI Secara Intraday

Sumber: Bareksa.com

Pada perdagangan hari ini, Indo Premier Securities Tbk (PD) menjadi penjual terbesar dengan melepas 16.360 lot saham FPNI pada harga rata-rata Rp521,9 per saham senilai Rp864,2 juta. Nilai transaksi yang dilakukan oleh PD setara 3 persen jika dibandingkan seluruh transaksi saham FPNI yang mencapai Rp30,6 miliar.

Sementara penjual terbesar kedua adalah NH Korindo Sekuritas (XA) dengan menjual 15.367 lot saham FPNI pada harga rata-rata Rp489 per saham, senilai Rp746 juta

Lantas, apakah turunnya harga saham FPNI terjadi karena valuasi saham FPNI mahal?

Analis Bareksa mencoba menghitung valuasi saham itu menggunakan metode Price to Earning Ratio (PER). Semakin tinggi nilai PER, maka harga saham emiten tersebut semakin mahal relatif terhadap kinerja labanya, begitupun sebaliknya. Kemudian, PER saham FPNI tersebut dibandingkan dengan PER rata-rata sektornya sehingga bisa diketahui apakah harga sahamnya wajar atau tidak.

Adapun, sejumlah saham-saham yang juga bergerak di bidang petrokimia adalah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

Grafik: PER Saham Petrokimia

Sumber: Bareksa.com

Jika dilihat pada harga sebelum suspensi, PER saham FPNI telah menjadi 22,47 kali. Angka tersebut berada di atas rata-rata saham petrokimia lainnya yang berada di level 18,9 kali. PER FPNI kini pun telah melampaui PER saham TPIA dan BRPT yang masing masing hanya 19,58 kali dan 14,7 kali. Angka tersebut diperoleh dari perbandingan harga saham dengan laba per saham yang tertera di laporan keuangan.

Terlepas dari valuasinya yang sudah terbilang mahal, emiten terafiliasi dengan Lotte Group di Korea Selatan itu membukukan keuangan yang membaik dengan laba bersih US$1,5 juta pada Januari-September 2016 dibandingkan dengan rugi bersih US$6,4 juta pada periode sama tahun sebelumnya. Padahal pendapatan perusahaan menurun 2 persen menjadi US$328,8 juta dari sebelumnya US$333,8 juta. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Tags: