Bareksa.com - Institusi keuangan dana pensiun (dapen) masih menunggu waktu yang tepat untuk mengalokasikan investasi ke proyek infrastruktur melalui pasar modal, terutama dengan produk Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT).
Direktur Eksekutif Perkumpulan Asosiasi Dana Pensiun Indonesia Bambang Sri Muljadi (ADPI) menjelaskan bahwa sifat investasi dapen sangat independen dan memperhatikan risiko dan keuntungan (risk and return) yang harus wajar. Oleh karena itu, dapen perlu berhati-hati dalam menentukan pilihan produk investasi, termasuk RDPT.
"Kalau untuk RDPT memang Asosiasi Dana Pensiun Indonesia mendorong ke sana, tetapi itu masing-masing tergantung kapasitas dana pensiun menganalisa proyek infrastruktur seperti apa. Kalau proyek sudah jelas dan ada penanggung jawab bisa masuk. Tetapi kalau belum jelas siapa penanggung jawabnya dan bagaimana kelanjutan ke depannya, tentunya akan mempertimbangkan risikonya. Investasi dana pensiun akan mempertimbangkan risikonya apakah termasuk rendah, sedang atau tinggi,” terangnya.
Per Januari 2017, total investasi Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) kurang lebih Rp190 triliun dari total aset sebesar Rp241 triliun. Menurut Bambang, investasi dana pensiun dialokasikan paling besar ke pasar modal, porsinya sekitar 60 persen dari portofolio per Januari 2017. Secara lebih rinci investasi itu terdiri dari obligasi korporasi BUMN/BUMD sekitar 30 persen dan obligasi pemerintah/ Surat Berharga Negara (SBN) maupun saham dan reksadana sebesar 30 persen. Setelah itu baru dialokasikan ke deposito dan diikuti investasi lain.
“Investasi yang dialokasikan untuk SBN dan obligasi BUMN/BUMD akan digunakan ke pembiayaan infrastruktur. Deposito akan berkurang dan bergeser ke obligasi pemerintah/ obligasi SBN dan obligasi BUMN/BUMD yang ada kaitannya dengan infrastruktur,” ujarnya.
Lebih lanjut menurut Bambang, investasi di pasar modal dominan tahun ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, konstruksi ekonomi tumbuh semakin baik sehingga diharapkan investasi tumbuh semakin baik. “Walaupun secara matematis semakin baik suatu perekonomian, return dari uang akan semakin kecil , dan kalau memang return yang sifatnya utang kecil maka kita harus beralih ke equity baik itu saham atau reksadana saham maupun properti,” tambahnya.
Pertumbuhan return dana pensiun dari pengembangan sekitar 8 persen. Menurut Bambang, dari penambahan iuran sekitar 6 persen maka total aktiva bersih dana pensiun dalam satu tahun diperkirakan bertumbuh 12-14 persen dari hasil pengembangan dan tambahan iuran dari pendiri maupun peserta.
Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menghimbau dapen untuk mulai melirik RDPT di pasar modal, sekaligus mengkritik pilihan investasi Dapen yang memang lebih banyak di instrumen deposito. Padahal, lanjut dia, tren bunga deposito ke depan akan terus turun.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), portofolio investasi Dapen di deposito mencapai Rp60,191 triliun per Januari 2017. Angka tersebut setara dengan 25 persen dari total nilai investasi Dapen yang mencapai Rp232,324 triliun. (Baca juga: Kelola Rp232 Triliun, Dapen Didorong Untuk Investasi Di Infrastruktur Via RDPT) (K05)