Bareksa.com - Indonesia merupakan salah satu “surga” bagi para pencinta produk kreatif dan industrinya sudah mulai berkembang di beberapa daerah. Pangsa pasarnya pun tidak hanya lokal melainkan sudah merambah luar negeri atau orientasi ekspor.
Meski sudah dikenal pasar global, industri kreatif nasional dituntut untuk terus berionvasi agar mampu bersaing. Pasalnya, dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), persaingan dengan negara lain yang mengandalkan ekonomi kreatif seperti Thailand semakin ketat. Jika tidak berinovasi, produk kreatif Indonesia dikhawatirkan akan ditinggal peminat.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih menyadari ketatnya persaingan industri kreatif global tersebut. Sehingga, pihaknya telah menetapkan kebijakan strategis agar daya saing industri kreatif meningkat.
“Hal ini sesuai Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Untuk itu, kami memacu upaya tersebut dengan melaksanakan berbagai kebijakan strategis seperti fasilitasi pameran ini,” kata Gati dalam acara Pameran Produk Kreatif Nusantara di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (14 Maret 2017).
Berdasarkan data Kemenperin, industri kreatif menyumbang sekitar Rp 642 triliun atau 7,05 persen terhadap total PDB Indonesia pada tahun 2015. Kontribusi terbesar berasal dari sektor kuliner sebanyak 34,2 persen, mode atau fashion 27,9 persen dan kerajinan 14,88 persen. Kemudian, industri kreatif merupakan sektor keempat terbesar dalam penyerapan tenaga kerja nasional, dengan kontribusinya mencapai 10,7 persen atau 11,8 juta orang.
Kekuatan industri kreatif nasional terletak pada sumber bahan baku yang melimpah dan berkelanjutan, didukung dengan keragaman corak dan desain produk yang berciri khas lokal, serta ditunjang oleh para perajin yang cukup kompeten.
Salah satu contoh industri kreatif nasional yang mampu bersaing di tingkat global adalah produsen lampu hias yang berbahan baku botol plastik. Kemudian ada juga kardus bekas dapat menjadi google cardboard dan bahan bekas potongan kayu diolah menjadi sampul depan buku agenda.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, IKM terus meningkatkan nilai tambah di dalam negeri yang cukup signifikan setiap tahun. Hal ini terlihat dari capaian pada tahun 2016 sebesar Rp 520 triliun atau meningkat 18,3 persen dibandingkan pada 2015. Sementara itu, nilai tambah IKM di tahun 2014 tahun sekitar Rp 373 triliun menjadi Rp 439 triliun tahun 2015 atau naik 17,6 persen.
Gati menambahkan IKM yang telah memanfaatkan pemasaran melalui online mampu meningkatkan nilai penjualannya hingga tujuh kali lipat. “Hal ini yang terus kami dorong, karena dengan income meningkat, produkstivitasnya akan naik, dan tenaga kerjanya juga bertambah,” jelasnya. Upaya ini sejalan dengan program prioritas pemerintah pada tahun 2017 dalam pemerataan kesejahteraan di seluruh Indonesia. (K13)