Berita / / Artikel

Saham MDRN Ambrol 34,9%, Akibat 25 Gerai 7-Eleven Tutup?

• 10 Mar 2017

an image
Salah satu gerai 7-Eleven - (Company)

Hingga September 2016, 80% penjualan perseroan ditopang oleh Produk 7-Eleven

Bareksa.com – Saham PT Modern Internasional Tbk (MDRN) semakin tenggelam hingga mendekati harga terbawah yang bisa ditransaksikan di pasar reguler Bursa Efek Indonesia. Anjloknya saham peritel yang mengoperasikan gerai 7-Eleven ini dipicu oleh penutupan sejumlah toko pada akhir-akhir ini yang berpotensi menekan penjualan perseroan.

Pada hari ini, Kamis 9 Maret 2017, saham MDRN ditutup di level Rp54, anjlok sebesar 34,93 persen dari level penutupan kemarin sehingga terkena penolakan otomatis oleh sistem (auto rejection). Terjadi perpindahan tangan sebanyak 3,5 juta lot saham MDRN hari ini dengan nilai transaksi sebesar Rp20,55 miliar. Jumlah transaksi ini pun melonjak dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya yang hanya mencapai 154.196 lot.

Menariknya, 5 broker asing seperti OCBC Sekuritas Indonesia (TP), Credit Suisse Sekuritas Indonesia (CS), Merril Lynch Sekuritas Indonesia (ML), Yuanta Sekuritas Indonesia (FS), dan CLSA Sekuritas Indonesia (KZ) secara berturut-turut menjadi broker penjual terbanyak (top seller) pada perdagangan hari ini. Investor asing secara keseluruhan mencatat jual bersih saham MDRN ini senilai Rp12,28 miliar, atau 59,75 persen transaksi hari ini.

Saham MDRN sempat diperdagangkan di level tertingginya sepanjang masa (all time high) Rp1.090 pada Juni 2013 silam. Namun, sepanjang 2016 saham MDRN bergerak cenderung melemah 23 persen ditutup di level Rp110 per saham pada akhir tahun 2016. Sedangkan, pergerakan MDRN sendiri di tahun 2017 secara year to date telah melemah 51 persen dan hingga sore ini ditutup di level Rp54. Posisi ini mengantarkan saham MDRN berada di level terendah sejak Maret 2010

Komposisi Penjualan

MDRN sejak 2014 mempunyai 5 lini bisnis seperti Produk 7-Eleven, Produk Industrial, Telekomunikasi, Produk Fotografi, dan Lain-lain. Namun, sejak tahun 2015 penjualan hanya berasal dari 4 lini bisnis, karena produk Telekomunikasi ditutup. Selanjutnya hingga kuartal III-2016, penjualan hanya berasal dari 3 lini bisnis karena produk fotografi (Fuji Film) menyusul ditutup. Hingga saat ini, kontributor penjualan perseroan hanya tersisa Produk 7-Eleven, Produk Industrial, dan Lain-lain.

Grafik: Komposisi Penjualan MDRN Kuartal III-2016

Sumber : Bareksa.com

Seperti terlihat dalam grafik di atas, 80 persen penjualan ditopang oleh Produk 7-Eleven hingga September 2016. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa MDRN sangat bergantung pada performa 7-Eleven. Namun, manajemen telah menutup hingga 25 gerai yang dinyatakan underperformed hingga tahun 2016 dan kebanyakan di luar pulau Jawa. Hal tersebut dilontarkan manajemen dalam sesi public expose 22 Desember 2016 silam.

Baru-baru ini, setidaknya di daerah Jabodetabek beberapa gerai 7-Eleven ditempeli stiker “Objek Pajak Ini Belum Bayar Pajak Daerah”. Namun, dalam paparan publik, manajemen merespon bahwa hal tersebut telah diklarifikasikan dengan Pemda dan proses penyelesaian terkait pajak ditargetkan selesai pada akhir 2016.

Mengingat ketergantungan perseroan terhadap gerai convenience store yang sempat populer ini, penutupan sejumlah gerai tentunya membawa dampak negatif terhadap kinerja keuangan secara keseluruhan.

Grafik : Pertumbuhan Penjualan 7-Eleven (Rp Miliar)

Sumber : Bareksa.com

Dalam 4 tahun terakhir, performa Produk 7-Eleven cenderung bergejolak. Pada akhir kuartal III-2016, performa kinerja 7-Eleven berada di level terendah seiring banyaknya store yang ditutup. Tidak menutup kemungkinan hal tersebut kian bertambah parah mengingat dalam pernyataan di public expose, manajemen akan terus melakukan review dan mempelajari gerai-gerai lain yang perlu ditutup atau direlokasi.

Grafik : Pertumbuhan Penjualan & Laba bersih MDRN (Rp Miliar)

Sumber : Bareksa.com

Seiring berkurangnya store 7-Eleven ditahun 2016, hal tersebut membawa dampak negatif terhadap performa kinerja perusahaan MDRN. Pendapatan perusahaan tercatat mencapai yang terendah dalam 4 tahun terakhir yakni Rp660,6 miliar. Bahkan untuk pertama kalinya, MDRN membukukan kerugian usaha, yang pada periode Januari-September 2016 mencapai Rp155,5 miliar. (hm)

Tags: