Berita / / Artikel

Arab Saudi Berkomitmen Investasi US$1 Miliar, Indonesia Diuntungkan? Ini Datanya

• 04 Mar 2017

an image
Presiden Joko Widodo (kanan), Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al-Saud (kedua kanan), mantan Presiden Megawati Soekarnoputri (kedua kiri) dan Menko PMK Puan Maharani (kiri) melakukan swafoto (wefie) di Istana Merdeka, Jakarta. ANTARA FOTO/SETPRES

Dalam 6 tahun terakhir, total transaksi perdagangan kedua negara terus menurun, ditambah Indonesia selalu defisit

Bareksa.com -  Pemerintah Indonesia menandatangani 11 nota kesepahaman dengan Pemerintah Arab Saudi. Salah satunya adalah komitmen investasi dari Saudi Fund for Development senilai US$1 miliar (Rp13,3 triliun).

Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menandatangi nota kesepahaman itu, hanya memberikan penjelasan umum kepada media. Sebab belum ada kesepakatan yang detail. "Sebetulnya rambunya masih umum," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (2 Maret 2017).

Dari angka tersebut, rinciannya, US$750 juta untuk pembiayaan program pembangunan. Sisanya, US$250 juta untuk mendanai kegiatan atau mendukung ekspor non migas Arab Saudi ke Indonesia.

Penandatanganan 11 nota kesepahaman dilaksanakan sejumlah menteri dua negara di Gedung Utama Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat satu hari sebelumnya (1 Maret 2017). Penandatangan itu disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud.

Namun, benarkah mereka datang untuk membantu Indonesia dengan berbagai investasinya?

Di tengah perekonomian Arab Saudi yang cenderung bergejolak, rombongan Raja Salman bin Abdulaziz al Saud beserta pangeran dan menterinya datang ke Indonesia dan sejumlah negara Asia lainnya justru ingin mendapatkan bantuan dari Indonesia mengingat perekonomian mereka sedang terimpit. Mereka justru membutuhkan dana segar untuk mengurangi defisit anggaran yang makin membengkak. (Baca Juga : RI Berharap Investasi Dari Raja Salman, Ini Kondisi Arab Saudi Yang Sebenarnya)

Data historis menunjukkan, minat investasi Arab Saudi ke Indonesia sangat rendah. Bahkan negara Timur Tengah tidak menambah investasinya ke Indonesia saat penerimaannya melonjak berkat melambungnya harga minyak. Apalagi saat ini, tatkala keuangan mereka mengalami defisit anggaran hingga harus menerbitkan utang yang besar.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi Saudi sepanjang 2016 hanya US$900.000 atau Rp 11,7 miliar pada kurs Rp 13.300 per dollar AS. Bandingkan dengan investasi Singapura di Indonesia sebagai negara yang melakukan investasi terbesar di Indonesia yang mencapai US$9,18 miliar atau setara Rp 119,7 triliun.

Dari daftar investor terbesar di Indonesia, Arab Saudi ada di peringkat 57 secara umum atau ke 10 dibandingkan jajaran negara Timur Tengah pada tahun lalu. Bahkan, investasi Arab Saudi masih kalah dibandingkan negara-negara Arab lainnya seperti Uni Emirat Arab, Iran, Irak, Kuwait, dan Yordania.

Grafik : Perbandingan Investasi Negara-Negara Timur Tengah di Indonesia 2016 (US$ Juta)

Sumber : BKPM

Hubungan Perdagangan Indonesia – Arab Saudi

Sejak 2011, dalam 6 tahun terakhir baik pihak Indonesia dan Arab Saudi semakin menunjukkan penurunan jumlah nilai transaksi perdagangan. Tak hanya itu, selain transaksi yang menurun, Indonesia belum pernah mencatatkan transaksi surplus atau dengan kata lain, Indonesia selalu lebih banyak melakukan impor ketimbang ekspor di tengah penurunan transaksi perdagangan terhadap negara Arab Saudi.

Grafik : Perbandingan Total Perdagangan Indonesia – Arab Saudi (US$ Miliar)

Sumber : Kementerian Perdagangan, diolah kembali Bareksa.com

Pada tahun 2011, defisit perdagangan Indonesia terhadap Arab Saudi mencapai 58 persen. Baik persentase dan nilai defisit perdagangan terhadap Arab Saudi terpantau semakin menurun pada 2016 menjadi 34 persen.

Meski defisit cenderung menurun, hal ini bukan dikarenakan ekspor Indonesia yang kian bertumbuh terhadap Arab Saudi melainkan total perdagangan kedua negara tersebut yang menurun sehingga berimbas pada penurunan ekspor – impor kedua negara.

Grafik : Perbandingan Ekspor - Impor Indonesia ke Arab Saudi (US$ Miliar)

Sumber : Kementerian Perdagangan, diolah kembali Bareksa.com

Tahun 2017, perekonomian Arab Saudi diperkirakan masih akan terpuruk. Meski harga minyak merangkak naik menyusul adanya kesepakatan organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) untuk memangkas produksi sebesar 1,8 juta barrel per hari.  Saat ini harga minyak dunia berada di level US$52,6 per barrel

Namun, kondisi itu tidak banyak mendongkrak pendapatan Saudi. Pasalnya, berdasarkan kesepakatan OPEC, negeri kerajaan itu harus memangkas produksi minyak mentahnya dari 10,5 juta barrel per hari menjadi 9,7 juta barrel per hari.

Harga minyak juga diprediksi sulit kembali ke level US$100 per barrel. Sebab, kini ada shale oil yang pasokannya berlimpah dan harganya lebih murah ketimbang minyak fosil.

Shale oil merupakan minyak yang terkandung dalam sejenis bebatuan lunak, banyak ditemukan di AS. Minyak dalam bebatuan ini diekstrak dengan proses pemanasan yang tidak rumit dan tidak mahal.

Di tengah himpitan ekonomi itulah Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz beserta rombongannya yang mencapai 1.500 orang berkunjung ke Indonesia dan tiga negara Asia lainnya yakni Malaysia, Jepang, dan China. (hm)

Tags: