Setelah Naik 180%, Akankah Saham ITMG Rally Kembali?

Bareksa • 23 Feb 2017

an image
Petugas memantau heavy dump truck yang mengangkut batu bara di kawasan tambang batu bara milik Adaro, Tabalong, Kalimantan Selatan. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

ITMG memiliki produk batu bara berkalori tinggi dibandingkan dengan produsen lain di Indonesia

Bareksa.com - Harga saham PT Indo Tambang Raya Megah Tbk (ITMG) menguat sejak awal pekan ini, menyusul keputusan China untuk melarang impor batu bara dari Korea Utara. Saham produsen batu bara terafiliasi Grup Banpu asal Thailand tersebut sepanjang setahun terakhir ini ternyata telah memberikan return hampir tiga kali lipat.

Hingga pukul 15.30 WIB hari ini 23 Februari 2017, harga saham ITMG masih menguat 3 persen menjadi Rp16.800 dari sebelumnya Rp16.325. Pada tanggal 21 Februari 2017, saham ITMG sempat naik 6,79 persen seiring keluarnya berita dari China yang memutus impor segala jenis batu bara dari Korea Utara setelah negara tetangganya itu melakukan uji misil.

Menurut riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, meskipun harga batu bara global tidak banyak terpengaruh dengan adanya larangan impor China, sejumlah eksportir batu bara mungkin bisa menikmati dampaknya. Salah satu emiten eksportir batu bara dari Indonesia yang berpotensi mendapat keuntungan adalah ITMG.  Pasalnya, perusahaan ini memiliki produk batu bara berkalori tinggi dibandingkan dengan produsen lain di Indonesia, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

Selain itu, menurut presentasi perseroan, ITMG mengekspor 5,2 juta metrik ton atau sekitar 25 persen dari produksinya ke China pada sembilan bulan pertama 2016. Namun, masih belum diketahui apakah ITMG akan meningkatkan ekspornya ke China pada tahun ini atau tidak karena perseroan belum memberikan panduan untuk tahun 2017.

Grafik: Penjualan Batu Bara ITMG

Sumber: Presentasi Perusahaan

Jika ditarik lebih jauh, harga saham ITMG selama setahun terakhir telah naik 180 persen dari sebelumnya Rp5.800.

Pada saat yang sama, indeks saham sektor pertambangan (mining index) di Bursa Efek Indonesia pun telah naik 73,74  persen, mengalahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya naik 15,14 persen.

Grafik: Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Pertambangan

Sumber: Bareksa.com

Naiknya harga saham-saham sektor pertambangan ini tidak terlepas dari harga minyak dunia yang mulai pulih. Berdasarkan pantauan Bareksa, minyak mentah jenis WTI kembali diperdagangkan di harga US$54,06 per barel pada akhir pekan lalu atau sudah naik lebih dari 70 persen dari level US$31,87 per barel setahun lalu.

Grafik Pergerakan Harga Minyak Dunia Jenis WTI

Sumber: Bloomberg.com

Membaiknya harga minyak dunia seringkali diinterpretasikan dengan perbaikan ekonomian dunia. Sebab, naiknya harga minyak mencerminkan kenaikan permintaan minyak untuk melakukan aktivitas ekonomi. Meningkatnya permintaan minyak dunia biasanya diikuti dengan naiknya permintaan komoditas hasil tambang.

Seiring dengan peningkatan harga minyak, harga batu bara dunia pun ikut menguat. Namun, Harga Batubara Acuan (HBA) untuk bulan Februari 2017 yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral masih belum merefleksikan peningkatan. Hal ini dikarenakan acuan tersebut diperbaharui tiap bulan sekali. HBA untuk Februari 2017 tercatat sebesar US$83,32 per metrik ton, turun dibandingkan US$86,23 per metrik ton pada bulan sebelumnya.

Grafik: Harga Batu Bara Acuan

Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Berdasarkan latar belakang tersebut, Mirae Asset pun memberikan rekomendasi beli untuk saham ini. Target harga 12 bulan ke depan untuk ITMG masih dijaga di Rp19.725 per saham. (hm)