Bareksa.com – Manajemen PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akhirnya membuktikan kekuatan fundamentalnya. Emiten tambang batu bara ini akhirnya membukukan laba pada tahun lalu dan bersiap untuk melakukan aksi korporasi besar demi menata ulang utang-utangnya.
Sepanjang 2016, Bumi Resources berhasil membukukan laba bersih US$100,6 juta, dibandingkan dengan rugi US$2 miliar sebelumnya. Hal ini terjadi setelah perseroan berhasil menekan beban produksi menjadi US$27 per ton dari sebelumnya US$57 per ton, meskipun harga rata-rata penjualan (average selling price/ASP) turun.
Fundamental Bumi Resources juga didukung kegiatan operasionalnya. Sepanjang 2016, perseroan telah menjual batu bara sebanyak 87,7 juta metrik ton atas hasil produksi sebesar 86 juta metrik ton. Manajemen pun semakin optimis fundamental Bumi Resources bakal semakin kuat seiring prospek restrukturisasi utang yang terang benderang.
Dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diharapkan keluar April 2017, Bumi Resources segera menggelar rights issue dengan nilai jumbo hingga Rp35 triliun.
Tabel: Proses Restrukturisasi Utang Bumi Resources
Sumber: Bahan Presentasi Perseroan
Direktur Utama Bumi Resources Ari Sapta Hudaya meyakini, kinerja perseroan akan terus membaik sejalan dengan tren harga batu bara dunia yang terus menanjak, sambil melanjutkan efisiensi beban produksi melalui pengurangan ketergantungan bahan bakar minyak.
“Januari 2017, harga rata-rata penjualan US$56,7 per ton. Kami akan push jual batu bara 8 juta ton per bulan untuk mencapai target sebanyak 96,32 juta ton tahun 2017 ini,” terang Ari, Kamis, 23 Februari 2017.
Dari target penjualan itu, Indonesia masih jadi pasar utama Bumi Resources dengan porsi sekitar 40,87 juta ton. Di luar Indonesia, penjualan batu bara Bumi Resources menyasar India dengan target 26,95 juta ton, Jepang 10,8 juta ton, dan Filipina 5,83 juta ton.
Soal efisiensi beban produksi, ketergantungan terhadap bahan bakar minyak mulai dialihkan dengan pembangunan power plant. Saat ini, kata Ari, Bumi Resources memiliki dua power plant eksisting berukuran 2x5 MW dan 3x18 MW yang berada di Kaltim Prima Coal serta Arutmin.
Tabel: Laporan Laba Rugi Bumi Resources (unaudited)
Sumber: Bareksa.com
Mitra Strategis BRMS
Bumi Resources tidak hanya memikirkan bisnis batu baranya semata. Perseroan juga ingin terus mengembangkan bisnis mineral melalui anak usahanya, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Salah satu caranya adalah dengan menggaet beberapa investor strategis untuk mengembangkan aset - aset yang dimiliki BRMS, termasuk Gorontalo Minerals (Gold & Copper Mining). Ari menuturkan, sudah ada pembicaraan dengan investor dari dua negara.
“Ada yang dari Australia dan Afrika Selatan,” ungkapnya. Begitu juga untuk aset Dairi Prima Minerals (Zinc, Lead). Untuk yang satu ini, investor peminat berasal dari China. Saat ini, semua pembicaraan masih seputar skema kerjasama.
“Bisa dengan Joint Financing atau pun melalui Engineering, Procurement & Construction (EPC)," tambah dia.
Yang jelas, beberapa skema tersebut dipertimbangkan terkait besarnya dana yang dibutuhkan untuk memuluskan pengembangan aset yang dimaksud. Adapun izin dari pemerintah juga masih ditunggu manajemen Bumi Resources. (hm)