Bareksa.com – Saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) mulai berbalik arah (rebound) pada perdagangan hari ini, Senin 13 Februari 2016. Penguatan harga saham emiten konstruksi ini seiring dengan kepastian kontrak pengerjaan proyek light rail transit (LRT).
Hingga jeda siang hari ini harga saham ADHI naik 6,1 persen ke level Rp2.080 dari sebelumnya Rp1.960 pada penutupan akhir pekan lalu. Telah terjadi perpindahan tangan sebanyak 445.719 lot saham ADHI dengan nilai transaksi Rp91,6 miliar.
Grafik: Pergerakan Harga Saham ADHI Secara Intraday
Sumber: Bareksa.com
Menurut pantauan Bareksa, saham ADHI paling banyak diborong melalui broker Maybank Kim Eng Securities(ZP), sebanyak 63.000 lot saham pada harga rata-rata Rp2.064,2 per saham senilai Rp13,1 miliar. Menariknya, 89 persen transaksi saham ADHI atau senilai Rp 11,6 miliar di broker ini dilakukan oleh investor asing.
Sementara itu pembeli terbesar kedua saham ADHI dilakukan melalui broker OCBC Securities (TP) 19.000 lot saham pada harga rata-rata Rp2.036,6 per saham senilai Rp4 miliar.
Penguatan harga saham ADHI ini terjadi setelah pada Jumat lalu (10 Februari 2017), perseroan meneken kontrak pembangunan LRT dengan nilai Rp 23,3 triliun dengan Kementerian Perhubungan. Meskipun pendanaan proyek belum pasti menggunakan anggaran negara atau tidak, kepastian ADHI menjadi kontraktor itu sudah tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 65 Tahun 2016. Nilai kontrak pengerjaan LRT untuk tiga ruas itu saja sudah sebesar dua kali lipat nilai kontrak ADHI secara tahunan.
Sepanjang pekan lalu ADHI terkoreksi hingga 7,6 persen dari level Rp2.110 pada tanggal 7 Februari 2017. Penurunan ini terjadi setelah Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Prasetyo Boeditjahjono mengatakan pemerintah tidak akan membiayai proyek LRT rute Jabodebek akibat beratnya beban APBN saat ini.
Penurunan tersebut menunjukan adanya kekhawatiran investor terhadap prospek kinerja keuangan Adhi Karya kedepan karena dalam kontrak pembangunan proyek ini sebelumnya sudah ditetapkan bahwa Pemerintah akan membeli proyek LRT dari Adhi Karya setelah pekerjaan konstruksi rampung.
Grafik: Pergerakan Saham ADHI 7-10 Februari 2017
Sumber: Bareksa.com
Apakah turunnya harga saham ADHI membuat valuasi semakin murah?
Untuk mengukur mahal atau murahnya harga saham, analis Bareksa mencoba menghitung menggunakan metode PER atau price to earning ratio. Metodi ini adalah membandingkan harga saham dengan laba bersih per saham yang mampu diraih perusahaan selama satu tahun. Semakin tinggi nilai PER maka semakin mahal harga saham, demikian sebaliknya. Lalu, PER masing-masing saham dibandingkan dengan PER rata-rata sektornya sehingga bisa diketahui apakah harga sahamnya wajar atau tidak.
Grafik: PER Saham Konstruksi BUMN
Sumber: data perusahaan diolah Bareksa
ADHI yang bergerak di bidang konstruksi ini, memiliki PER sebesar 16,7 kali, Nilai PER tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan perusahaan konstruksi besar milik negara lainnya seperti PT Waskita Karga Tbk (WSKT) yang memiliki PER 22,2 kali, PT PP Persero Tbk (PTPP) sebesar 24,76 kali dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memiliki nilai PER 35,26 kali. (hm)