Bareksa.com – Dominasi saham-saham bank dalam rekomendasi sosiasi Analis Efek dan CSA Institute dalam program Yuk Nabung Saham, menjadi sebuah gambaran industri bank akan terus membaik. Apalagi, sebagian besar saham bank yang masuk dalam rekomendasi tersebut merupakan saham yang masuk kategori LQ45 dan memiliki kapitalisasi pasar yang besar alias big cap.
Saham-saham bank yang dimaksud antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
Menurut Pengamat Pasar Modal Satrio Utomo, saham-saham bank berkapitalisasi besar itu layak tabung dalam jangka panjang. “Dengan catatan, investor yakin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan terus bergerak naik,” tutur Satrio dalam diskusi bertema "Nabung di (Saham) Bank; Dari dan Untuk Masyarakat", Kamis, 2 Februari 2017.
Pernyataan Satrio pun diamini Investor Relation BNI Dedi Arianto. Dedi menyebut, selama ini fundamental industri perbankan semakin baik. Hal itu bisa terlihat dari rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) yang per November 2016 mencapai 23 persen, dengan net interest margin (NIM) berada pada level 5,6 persen.
“Dan selama ini, saham-saham bank dengan aset dan pangsa pasar besar, khususnya bank kategori BUKU 4, menjadi saham paling recommended dari para analis,” terang Dedi.
Fundamental BNI sendiri semakin baik setelah pada 2016 lalu mencatat laba naik 25,1 persen dari Rp9,067 triliun menjadi Rp11,339 triliun. Tidak hanya itu, kredit BNI naik 20,6 persen menjadi Rp393,275 triliun dari periode sama tahun 2015 Rp326,105 triliun.
Di sisi lain, CAR BNI masih dalam level kuat dengan catatan 19,4 persen. Begitu juga NIM yang terjaga pada level 6,2 persen.
Adapun tahun ini BNI mengincar pertumbuhan kredit berkisar 15 persen – 17 persen, dengan tetap menjaga level kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) berkisar 2,8 persen hingga 3 persen. Target tersebut mengacu pada pertumbuhan ekonomi yang diprediksi berkisar 5,1 persen sampai 5,3 persen dengan inflasi 4 persen sampai 5 persen.
Yuk Nabung Saham
Program Yuk Nabung Saham yang meluncur pada November 2015 sendiri terbilang berhasil menggaet penambahan jumlah investor. Bahkan, tingkat literasi dan inklusi di pasar modal pun mengalami peningkatan.
Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan menyampaikan, per akhir 2016, literasi pasar modal telah mencapai 4,3 persen. Sementara tingkat inklusinya menjadi 1,25 persen.
“Jika sebelumnya dari 1.000 orang hanya ada 1 investor, maka saat ini 1 investor ada di dalam 100 orang,” ungkap Nicky.
Nicky pun yakin, jumlah investor akan terus bertambah seiring terus berjalannya program Yuk Nabung Saham. Tahun ini, Nicky berharap, jumlah investor pasar modal akan bertambah hingga 100.000 orang.
Selain itu, BEI juga akan terus menerapkan program optimalisasi dengan mendorong transaksi mencapai Rp8 triliun per hari, aktivasi dengan mendorong investor aktif bertransaksi, dan edukasi untuk meningkatkan inklusi. (hm)