Harga Saham JAWA Naik 21%, Tapi Perusahaan Masih Merugi

Bareksa • 31 Jan 2017

an image
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (1/4). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Padahal harga karet meroket hingga 78,5 persen sepanjang tahun 2016

Bareksa.com -  Harga saham emiten perkebunan PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) meningkat pesat sejak awal tahun, seiring dengan sentimen peningkatan harga karet global. Meskipun demikian, peningkatan ini tidak seiring dengan kinerja keuangan perseroan yang masih mencatatkan rugi bersih.

Hingga perdagangan kemarin 30 Januari 2017, harga saham JAWA telah naik 21,26 persen menjadi Rp154 jika dibandingkan penutupan akhir 2016 yang hanya Rp127.

Grafik: Return Harga Saham JAWA Secara Year to Date (YTD)

Sumber: Bareksa.com

Dari sisi transaksi, harga saham JAWA naik terdorong aksi jual beli yang dilakukan oleh Mirae Asset Securities (YP). YP terpantau sejak awal tahun memborong saham JAWA sebanyak 205.000 lot pada harga rata-rata Rp164,2 per saham senilai Rp3,4 miliar.

Namun, YP juga melakukan penjualan sebanyak 326.000 lot saham, pada harga rata-rata Rp170,2 per saham senilai Rp5,6 miliar.

Sementara itu, penguatan harga saham JAWA juga seiring dengan sentimen menguatnya harga karet, yang merupakan komoditas utama yang dijual oleh perseroan. Harga karet untuk pengiriman Juli 2017, yang merupakan kontrak teraktif di Tokyo Commodity Exchange (TOCOM), ditutup menguat 6,1 persen  atau 20,10 poin ke 351,40 yen per kilogram (kg).

Bahkan, kenaikan harga karet telah terjadi sepanjang tahun lalu. Pada tahun 2016 harga karet telah melonjak 78,5 persen menjadi 101 sen per pound dari sebelumnya 56,59 sen per pound.

Grafik: Harga Karet Global

Sumber: Indexmundi

Dari sisi kinerja, meskipun harga karet terus meningkat, hingga kuartal III-2016, JAWA mengalami kerugian sebesar Rp136,7 miliar. Hal ini akibat merosotnya penjualan sebesar 12,5 persen menjadi Rp422 miliar dari sebelumnya Rp482,6 miliar.

Selain itu, beban bunga perusahaan juga melonjak hampir dua kali lipat menjadi Rp105 miliar dari sebelumnya Rp54 miliar. Pada saat yang sama, terdapat beban nilai tanaman senilai Rp38 miliar dari sebelumnya tidak ada.

Grafik: Laba dan Pendapatan JAWA

Sumber: Bareksa.com

Dari sisi kesehatan keuangan, nilai rasio utang perseroan juga meningkat dibandingkan dengan modalnya. Debt to equity rasio (DER) JAWA  terus meningkat menjadi 1,93 kali per akhir kuartal III-2016, seiring jumlah utang yang meningkat menjadi Rp2,16 triliun atau naik 8 persen jika dibandingkan utang tahun 2012 yang hanya sebesar Rp2 triliun.

Grafik: Debt to Equity Ratio (DER) JAWA

Sumber: Bareksa.com