Bareksa.com- PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juarai volume transaksi pada perdagangan hari ini seiring dengan peningkatan harga sahamnya. Harga saham emiten minyak dan gas terafiliasi Grup Bakrie ini bangkit dari level gocapan meski kinerja keuangannya tidak menunjukkan perbaikan.
Hingga penutupan perdagangan 24 Januari 2017, sebanyak 53,7 juta lot saham ENRG telah diperjualbelikan senilai Rp322,3 miliar. Banyaknya transaksi terhadap saham ENRG membuat harga saham ini meroket hingga 22,2 persen menjadi Rp66 saham dari sebelumnya hanya berada di level Rp54.
Dari sisi transaksi terpantau Mirae Asset Securities (YP) menjadi pembeli sekaligus penjual terbesar. YP melakukan pembelian sebanyak 3,8 juta lot saham senilai Rp22,1 miliar, pada harga rata-rata Rp58,4 per saham. Sementara YP juga melepas 5,1 juta lot saham, pada harga rata-rata Rp58,5 per saham senilai Rp28,8 miliar.
Mandiri Sekuritas (CC) juga terpantau sebagai pembeli terbesar berikutnya dengan melakukan pembelian saham sebanyak 2,7 juta lot saham senilai Rp15,6 miliar. Sama seperti YP, CC juga menjual kembali saham ENRG sebanyak 2 juta lot senilai Rp11,7 miliar.
Grafik: Pergerakan Harga Saham ENRG Secara Intraday
Sumber: Bareksa.com
Dari sisi laporan keuangan, perusahaan migas ini hingga kuartal III-2016 masih membukukan kerugian Rp609 miliar. Salah satu pendorongnya adalah turunnya penjualan sebesar 18 persen menjadi Rp5 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp6,8 triliun.
Penjualan ke luar negeri adalah yang paling menurun, menurut laporan keuangan, penjualan kepada PT Global Energy Resources hanya sebesar Rp98,9 miliar atau turun hingga 95,2 persen dari sbeelumnya mencapai Rp2,1 triliun.
Grafik: Laba dan Pendapatan Perusahaan
Sumber: Bareksa.com dan Laporan Keungan Perusahaan
ENRG pun masih terbebani dengan utang yang membengkak, dan perseroan terpaksa menjual separuh sahamnya di anak usaha EMP Inc untuk melunasi sebagian utangnya. Per September 2016, ENRG mencatat total utang sebesar Rp15,6 triliun, turun dibandingkan Rp18,1 triliun setahun sebelumnya.
Akan tetapi total ekuitas juga menurun menjadi Rp4,99 triliun per September 2016 dari sebelumnya Rp9,5 triliun. Kondisi ini pun menjadikan rasio utang terhadap ekuitas melonjak menjadi 3,14 kali dari sebelumnya 2,67 kali. Artinya, kemampuan perseroan untuk membayar utangnya dengan ekuitasnya semakin menurun. (hm)