Berita / / Artikel

Fokus ke Bisnis Listrik, Ini Target Adaro 5 Tahun Lagi

• 25 Jan 2017

an image
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Garibaldi Thohir (dua dari kanan) berbincang dengan Wakil Presiden Direktur Dharma Djojonegoro (dua dari kiri) dan Presiden Direktur PT Adaro Power Mohammad Effendi (kanan). (Bareksa/Alfin Tofler)

“Kita akan maju ke bisnis yang bisa memberikan value added yang lebih besar daripada batubara yaitu listrik,"

Bareksa.com - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mengungkapkan dalam lima tahun ke depan akan mengedepankan bisnis pembangkit dibandingkan tambang. Perseroan secara bertahap akan menjadikan binsis tambang batu bara yang selama ini diandalkan perseroan menjadi pendorong bisnis pembangkit. 

Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, Garibaldi Thohir, ditemui di Jakarta, Selasa 24 Januari 2017 mengungkapkan perseroan ingin mendapatkan nilai tambah yang lebih besar dari batu bara. 

“Kita akan maju ke bisnis yang bisa memberikan value added yang lebih besar daripada batu bara yaitu listrik. Hal ini juga sekaligus membantu program pemerintah untuk mewujudkan pembangkit listrik berkapasitas hingga 35.000 MW,” ujarnya. 

Ia mengatakan, saat ini emiten berkode ADRO ini baru mendapatkan listrik dengan kapasitas 2.260 MW dari tiga pembangkit independen (independent power plant/IPP) termasuk Tanjung Power Indonesia. Proyek listrik ADRO dilakukan oleh anak usaha yang seluruhnya dimiliki perseroan bernama Adaro Power.

Meskipun optimis terhadap bisnis listrik, Garibaldi mengakui sulitnya dan mahalnya membangun pembangkit listrik. Salah satu proyek yang sempat terhambat adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang di Jawa Tengah dengan investasi US$4,2 miliar.

Oleh sebab itu, dia pun merevisi turun target lima tahun dari 20.000 MW menjadi hanya seperempatnya saja. 

“Dulu saya bilang tidak mau tahu pokoknya 20.000 MW dalam setahun, ternyata sangat susah setelah kita mulai menjalankan Bhimasena Power Indonesia,” katanya. 

Oleh karena itu, dalam lima tahun ke depan ADRO hanya berharap bisa menggarap pembangkit listrik hingga 5.000 MW. Dengan cakupan 5.000 MW tersebut, menurutnya bisnis IPP perseroan bisa menjadi tumpuan baru menggantikan bisnis penjualan batu bara. 

Dengan posisi seperti itu, Garibaldi mengharapkan total penjualan batubara perseroan bisa didistribusikan 50 persen di dalam negeri dan hanya 50 persen saja yang diekspor. 

Dengan demikian keuangan ADRO nantinya tidak akan lagi bergantung dengan harga batu bara yang sangat fluktuatif. Nantinya, hasil dari batubara perseroan akan didedikasikan untuk memasok IPP. 

BPI, yang merupakan pemilik proyek PLTU Batang, saja menurutnya membutuhkan pasokan 8 juta ton untuk 25 tahun. Seperti diketahui, PLTU Batang berkapasitas 2x1.000 MW itu diperkirakan akan menjadi yang terbesar se-Asia Tenggara. Sedangkan untuk TPI di Kalimantan Selatan yang hanya sebesar 1x100 MW membutuhkan pasokan batu bara 1 juta ton dalam 25 tahun ke depan. (hm)

Tags: