Berita / / Artikel

Targetkan Bangun Pembangkit 5.000 MW, PTBA Akan Terbitkan Global Bond $2,5M

• 09 Dec 2016

an image
Salah Satu Areal Tambang PT Bukit Asam Tbk (PTBA) (Company)

Proyek pembangkit listrik memberikan marjin lebih besar ketimbang menjual batu bara sebagai komoditas saja

Bareksa.com - PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) membutuhkan banyak modal untuk membangun pembangkit listrik dengan total 5.000 MW. Diperlukan dana sekitar US$2,5 miliar (sekitar Rp33,25 triliun) hingga tahun 2023 untuk mewujudkan target tersebut.

Sekretaris Perusahaan PTBA, Adib Ubaidillah, mengatakan emiten produsen batu bara milik pemerintah ini berniat menerbitkan obligasi global (global bond) sebagai sumber pembiayaan proyek tersebut. Obligasi berdenominasi dolar dipertimbangkan karena berpotensi menarik investor asing untuk memenuhi kebutuhan dana yang besar itu.

“Untuk global bond kita akan menerbitkan di angka US$2,5 miliar. Waktunya belum tahu, ada kemungkinan tahun depan” katanya di Jakarta, 8 Desember 2016.

Perhitungan kebutuhan dana tersebut berdasarkan perkiraan investasi per MW yang mencapai US$1,2 juta. Dengan dengan demikian untuk membangun proyek pembangkit perseroan paling tidak dibutuhkan dana hingga US$6 miliar. 

Namun, perseroan tidak perlu menyiapkan dana cash hingga nilai sebesar itu karena bisa dilakukan dengan project financing, di mana proyek bisa menjadi agunan untuk pinjaman. Dalam hal ini, PTBA sebagai pemilik proyek hanya membutuhkan modal atau ekuitas sebesar 30 persen dari nilai proyek dan 70 persen sisanya didapatkan dari pinjaman. Maka, nilai ekuitas yang dibutuhkan perseroan sebesar minimal US$1,8 miliar untuk proyek pembangkit berkapasitas 5.000 MW.

Posisi cash perseroan sendiri saat ini mencapai Rp3 triliun. Selain itu dalam treasury perseroan masih memiliki cadangan sebesar Rp3 triliun. Jika proyek sudah mulai berjalan, menurutnya perseroan bisa juga mengajukan global bond untuk menyelesaikan proyek-proyek tersebut. 

Meningkatkan Marjin

Adib mengatakan perseroan akan mulai lebih banyak mengerjakan proyek pembangkit listrik yang memberikan marjin lebih besar ketimbang menjual batu bara sebagai komoditas saja. Meskipun demikian, PTBA saat ini masih merupakan salah satu pemasok batu bara terbesar untuk kebutuhan dalam negeri, karena perseroan mempunyai cadangan batubara hingga 3,3 miliar ton. 

Menurutnya, cadangan batu bara yang besar ini tidak bisa dioptimalkan bila tidak dimonetisasi. Dari sisi ekonomi, pembuatan pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara adalah cara terbaik untuk mengoptimalkan cadangan batubara menjadi keuntungan bagi perseroan.

Perseroan sendiri hingga saat ini akan segera membangun Pembangkit Sumsel 8 sebesar 1.200 MW. Selain itu itu, PTBA juga akan membangun PLTU di Peranap dengan kapasitas 600 MW. Saat ini perseroan juga sudah melakukan penawaran untuk proyek pembangkit Sumsel 9 dan 10 sebesar 3x600 MW. 

Total proyek itu saja menurut Adib sudah mencapai 4.800 MW. Perseroan juga saat ini sedang mengikuti tender senilai 600 MW di beberapa lokasi yang belum bisa diungkap oleh perseroan. 

Dalam rencana jangka panjang perseroan hingga tahun 2023, perseroan berharap bisa membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas 5.000 MW.

“Kalau pembangunan PLTU kita tepat waktu itu bisa mencapai 5.000 MW secara total. Memang target ini baru selesai di tahun 2022 atau 2023 jika tepat waktu,” ujar Adib. (hm)

Tags: