Harga Saham ADHI Terbang 16,3%, Faktor Apa Saja Yang Mendorongnya?

Bareksa • 08 Dec 2016

an image
Pekerja PT Adhi Karya (Persero) Tbk tengah mengerjakan proyek struktur beton proyek konstruksi gudang suku cadang / New Spare Part Centre PT Astra Honda Motor di kawasan industri Indo Taisei – Bukit Indah, Karawang, Jawa Barat (26/03). ANTARA FOTO/HO

PER saham ADHI saat ini hanya tersisa 16,07 kali, berada di bawah rata-rata PER industri sebesar 20,7 kali.

Bareksa.com- Harga saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) pada perdagangan hari ini 8 Desember 2016 mencatat peningkatan tertinggi dalam 15 bulan terakhir. Pembalikan arah (rebound) yang terjadi pada saham perusahaan konstruksi milik pemerintah ini terjadi setelah terpuruk 30 persen selama tiga bulan terakhir.

Saham ADHI hingga pukul 15.20 WIB terpantau naik sebesar 16,3 persen menjadi Rp2.180 dari level penutupan hari sebelumnya Rp1.875.

Transaksi saham pelat merah ini ini juga tepantau sangat ramai hingga menjuarai volume transaksi perdagangan hari ini. Volume transaksi ADHI tercatat mencapai 935.000 lot saham senilai Rp190,2 miliar.

Hari ini, RHB OSK Securities (DR) tercatat sebagai pembeli terbesar saham ADHI sebanyak 100.000 lot pada harga rata-rata Rp2.012,8 per saham, senilai Rp20,1 miliar.

Sementara itu, pembeli terbesar kedua adalah Daewoo Securities (YP) sebanyak 94.000 lot senilai Rp19,2 miliar. Adapun pembeli terbesar berikutnya adalah Maybank Kim Eng (ZP) yang memborong 78.000 lot saham senilai Rp16,1 miliar.

Lantas, sebenarnya faktor apa yang mendorong peningkatan signifikan dalam satu hari perdagangan ini?

Selama tiga bulan terakhir, saham ADHI sudah tertekan sangat dalam. Bahkan, penurunan ini merupakan yang paling dalam dibandingkan dengan saham-saham lainnya dari sektor konstruksi. Sebagai perbandingan, selama periode 5 September-7 Desember 2016, saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) hanya turun sebesar 6,06 persen, saham PT PP (Persero) Tbk (PTPP) hanya turun 11,58 persen dan  PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) turun sebesar 26,54 persen.

Grafik: Pergerakan Harga Saham Konstruksi Selama 3 Bulan

Sumber: Bareksa.com

Namun, jika dihitung secara valuasi menggunakan metode Price to Earning Ratio (PER) yang membandingkan harga terhadap laba per saham, maka harga saham ADHI terlihat lebih murah. Semakin tinggi nilai PER, maka harga saham emiten tersebut semakin mahal relatif terhadap kinerja labanya, begitupun sebaliknya.

Valuasi ADHI berdasarkan PER (Price Earning Ratio) saat ini hanya tersisa 16,07 kali, berada di bawah rata-rata PER industri sebesar 20,7 kali. Bahkan, valuasi ADHI terbilang yang paling murah di antara empat emiten konstruksi pelat merah sehingga wajar bila saham ADHI menjadi buruan investor saat ini. (hm)

Grafik: PER Saham Kontruksi (kali)

Sumber: Bloomberg.com