Berkat Revaluasi Aset, Unggul Indah Cahaya Catat Laba $19,5 Juta

Bareksa • 05 Dec 2016

an image
Jajaran manajemen PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UNIC). (Ki-Ka) Direktur Unggul Indah Lily Setiadi, Presiden Direktur Unggul Indah Yani Alifen, dan Wakil Presiden Direktur Unggul Indah Djazoeli Sadhani setelah melakukan public expose di Jakarta, Senin (5/12).

Produsen alkylbenzene ini membalikkan kerugian pada tahun sebelumnya

Bareksa.com – Kebijakan Ekonomi Paket V dalam bentuk insentif pajak untuk revaluasi aset tetap, memberi angin segar bagi PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UNIC). Khususnya bagi catatan laba produsen alkylbenzene, yang merupakan bahan baku deterjen ini.

Sepanjang Januari-September 2016, laba bersih Unggul Indah mencapai US$19,5 juta, membalikkan keadaan periode sama tahun lalu rugi US$4,07 juta. Catatan itu pun menjadi berkah tersendiri mengingat penjualan perseroan turun menjadi US$200,45 juta dari US$216,69 juta.

Menurut Presiden Direktur Unggul Indah Yani Alifen, keikutsertaan perseroan dalam revaluasi aset memberi manfaat penghasilan pajak tangguhan sebesar US$13,79 juta. “Sehingga, laba kami mencapai US$19,5 juta. Padahal, tanpa revaluasi aset, laba kami hanya US$7 juta,” terang Yani, Senin, 5 Desember 2016.

Informasi saja, pemanfaatan kebijakan revaluasi aset oleh Unggul Indah didapatkan melalui persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak dalam suratnya dengan No. Kep-523/WPJ.19/2016 pada September 2016.

Direktur Unggul Indah Lily Setiadi menambahkan, revaluasi aset perseroan dilakukan atas mesin-mesin yang berada di pabrik. Oleh karena itu, Lily menilai, manfaat pajak ini bisa dirasakan perseroan hingga 16 tahun ke depan.

“Nilai revaluasi aset kami atas mesin-mesin tersebut mencapai US$60 juta. Ke depan, kami akan terus mendapat depresiasi pajak yang lebih besar alias pembayaran pajak lebih kecil dalam kurun waktu 16 tahun,” imbuh Lily.

Meski mendapat berkah dari revaluasi aset, Unggul Indah juga berhasil menekan beban operasi hingga US$2,16 juta atau 13 persen menjadi US$14,09 juta sepanjang sembilan bulan tahun ini dari US$16,25 juta sebelumnya. Yani bilang, penurunan beban operasi dipengaruhi peningkatan laba kurs operasi seiring dengan penguatan mata uang rupiah dalam periode Januari-September 2016.

Hingga akhir tahun ini, Yani memproyeksikan, laba perseroan tanpa manfaat revaluasi bisa mencapai US$9 juta yang dihitung berdasarkan rerata laba dalam tiga triwulan sebelumnya yang mencapai US$2,33 juta per kuartal. Sementara itu, pertumbuhan bisnis perseroan ke depan tetap sejalan dengan pertumbuhan industri deterjen yang berkisar 3 persen hingga 5 persen per tahun.

Sekadar catatan, perusahaan yang berdiri pada 1983 dan beroperasi pada 1985 ini merupakan produsen tunggal alkylbenzene di Indonesia. Saat ini, Unggul lndah memiliki tiga unit pabrik dalam satu lokasi dengan total kapasitas 270.000 metrik ton per tahun.

Selain memproduksi bahan baku utama deterjen, perseroan juga memiliki entitas anak yang bergerak di bidang properti yaitu PT Wiranusa Grahatama yang memiliki luas lahan 1,4 hektare. Adapun perseroan juga tercatat sebagai salah satu anak usaha dari perusahaan Salim Group melalui PT Salim Chemicals Corpora dengan kepemilikan 10,2 persen.

Sementara itu, meski tidak likuid, saham dengan kode UNIC ini sudah naik 66,67 persen sejak 20 Januari 2016 pada level Rp1.380 hingga 28 November 2016 menjadi Rp2.300. Sepanjang periode itu, level tertinggi saham UNIC berada pada Rp2.450 dengan level terendah Rp1.220 per saham. (hm)