Berita / / Artikel

Sharmila: Perempuan Memiliki Modal Positif Kelola Uang

• 02 Dec 2016

an image
Pengunjung melihat kain khas Bali produksi Industri Kecil Menengah (IKM)/Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri Kreatif 2016 di Denpasar. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

Sharmila memang sudah memutuskan untuk mengabdikan waktunya bagi perkembangan dunia UMKM dan koperasi di Indonesia

Bareksa.com - Perempuan kelahiran 10 Oktober 1971 ini memang dikenal sebagai tokoh yang dekat dengan dunia UMKM dan koperasi. Menduduki jabatan sebagai Ketua INKOWAPI (Induk Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia) sejak 2007 sampai sekarang, Sharmila selalu ingin berbuat sesuatu -- termasuk pemberdayaan perempuan di sektor ekonomi -- untuk menggeliatkan UMKM dan koperasi di Indonesia.

Ibu tiga anak ini memang memiliki kepedulian sosial yang cukup tinggi untuk membantu sesama. Semangatnya terus bergelora untuk bisa memacu perempuan Indonesia bergotong royong dan saling memajukan potensi diri. Ujar Sharmila, ia memang selalu berusaha untuk membuat program-program yang bisa memberdayakan perempuan dari segi ekonomi. Ini disebabkan berdasarkan pengamatannya, secara psikologis, kaum perempuan memiliki modal positif untuk mengelola uang. “Mereka itu lebih cermat dan penuh komitmen. Makanya dalam keluarga pun, sebagian besar suami mempercayakan pengelolaan keuangan rumah tangga kepada istrinya, karena mereka menganggap sang istri lebih cermat dan hemat. Contoh lain lagi, sejauh saya bergerak di dunia UMKM dan koperasi, jarang sekali kaum perempuan yang terlibat kredit bermasalah. Kalau pinjam uang koperasi, mereka komit sekali untuk mencicil pembayarannya. Jadi soal urus keuangan, perempuan itu hebat,” tukas alumnus Institut Pertanian Bogor dan S2 dari Universitas Indonesia ini.

Komunitas SAHARA

Salah satu yang dirintisnya, bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UMKM RI, Sharmila dengan INKOWAPI-nya meluncurkan program SAHARA (Sahabat Usaha Rakyat). Lewat program ini, ia mengajak masyarakat untuk membuka warung atau bisnis retail sembako yang perputaran uangnya bisa berjalan setiap hari. Target program SAHARA ini lebih ditekankan kepada para ibu rumah tangga yang berkeinginan menambah penghasilan keluarga dengan membuka warung pangan SAHARA yang akan menjual berbagai komoditas pertanian, mulai dari beras, gula, minyak goreng, dan rempah-rempah. Bahkan, rempah-rempah diharapkan bisa menjadi produk unggulan SAHARA karena Indonesia terkenal sebagai penghasil rempah-rempah.  “Harapan saya, dengan adanya program ini, Indonesia bisa mencontoh dari China. Negara ini bisa maju karena roda pemerintahan dan ekonominya kebanyakan digerakkan oleh perempuan. Bahkan, kepala BUMN-nya kebanyakan juga perempuan,” kata Sharmila.

Sebagai seorang pengusaha dan organisatoris, Sharmila memang sudah memutuskan untuk mengabdikan waktunya bagi perkembangan dunia UMKM dan koperasi di Indonesia. Lewat SAHARA, ia ingin membentuk komunitas pelaku UMKM dan anggota koperasi yang berasal dari berbagai organisasi kemasyarakatan dengan tujuan meningkatkan pendapatan anggotanya. Hingga saat ini sudah tercatat 3 juta anggota Komunitas SAHARA. Dan kini, bisnis Komunitas SAHARA  pun sudah merambah ke sektor biro perjalanan online. Bekerja sama dengan Aerotravel, anak perusahaan Garuda Indonesia Group, komunitas SAHARA menawarkan produk travel online lewat www.sahara-aerotravel.com. Kerja sama ini menurut Sharmila adalah sebuah wujud kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan UMKM dan koperasi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai bentuk kemajuan ekonomi digital yang marak belakangan ini.

Konsentrasi ke UMKM dan Koperasi

Yang pasti, perempuan yang pernah mendapat penghargaan dari Kementerian Koperasi sebagai “Penggerak 1 Juta UMKM Naik Kelas” ini memang dikenal memiliki jiwa pantang menyerah dalam berusaha dan suka berinovasi. Pada 2007 lalu, salah satu bisnis yang dikembangkan Sharmila dengan INKOWAPI adalah membawa masuk produk-produk Agel ke Indonesia, dan berencana membuka kantor cabang di sini. Agel adalah distributor suplemen herbal dari Amerika Serikat. Saat itulah, Sharmila dan timnya berurusan dengan BKPM. Sharmila berkisah sewaktu 2007 lalu ia mengurus ijin membuka cabang Agel di Indonesia ke BKPM, prosedurnya agak rumit. “Duh … dulu calonya banyak, hehe … Saya saja sampai pusing, uang habis tapi ijin belum turun juga. Tapi alhamdulillah, BKPM di masa sekarang sudah lebih baik lagi ya, mengurusnya lewat satu pintu dan lebih transparan. Tentunya ini sangat mendukung iklim investasi di Indonesia,” tuturnya.  

Harapan Sharmila ke depannya, BKPM terus berbenah diri sebagai gerbang terdepan investasi usaha di Indonesia. Ketika ditanya pendapatnya tentang website BKPM, perempuan berdarah Medan Melayu ini berharap website BKPM harus selalu update dan tampilannya bisa lebih eye catching. “Satu lagi masukan saya untuk website BKPM, bahasa yang dipergunakan di website juga jangan terlalu intelek, melainkan harus yang ringan dan mudah dimengerti orang. Jadi yang membacanya lebih gampang menangkap maksud yang akan disampaikan,” tukas Sharmila menutup perbincangan.

Tags: