Bareksa.com - Harga saham PT Benakat Integra Tbk (BIPI) naik signifikan selama dua hari perdagangan berturut-turut, bangkit dari level terbawah yang boleh diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Meskipun demikian, kebangkitan saham perusahaan jasa pertambangan dan minyak gas ini belum seiring dengan kinerja keuangan terakhir.
Pada perdagangan hari ini, 22 November 2016, hingga pukul 13.50 WIB, harga saham BIPI melonjak 31 persen menjadi Rp88 dari sebelumnya Rp67. Pada hari sebelumnya bahkan BIPI naik 34 persen dari sebelumnya tertidur di level Rp50. Dengan kata lain, dalam dua hari saham perusahaan ini telah naik hingga 76 persen.
Naiknya harga saham BIPI seiring banyaknya antrian beli saham selama dua hari terakhir. Terpantau dari tanggal 21 November hingga sekarang, Lautandhana Securindo (YJ) menjadi pembeli sekaligus penjual terbesar.
YJ membeli 1,4 juta lot saham pada harga rata-rata Rp72,1, senilai Rp10,2 miliar. Namun YJ juga berhasil menjual 1,4 juta lot saham pada harga rata-rata Rp73,2, senilai Rp10,5 miliar.
Tidak hanya YJ, Daewoo Securities (YP) juga melakukan hal yang sama. YP memborong 1,3 juta lot saham BIPI pada harga rata-rata Rp72,7 per saham senilai Rp9,3 miliar dan telah menjual 1,1 juta lot saham pada harga rata-rata Rp71, senilai Rp7,6 miliar
Grafik: Pergerakan Harga Saham BIPI Secara Intraday
Sumber: Bareksa.com
Naiknya harga saham BIPI tidak seiring dengan kinerja perusahaan yang masih membukukan penurunan pendapatan hingga 92,5 persen pada kuartal II-2016, menjdi US$470 ribu, dibandingkan tahun sebelumnya yang berhasil mengantongi US$6,3 juta.
Menurut laporan keuangan perusahaan, hal ini disebabkan di tahun ini tidak ada penjualan minyak mentah, sementara di tahun sebelumnya penjualan minyak mentah masih mencapai US$6,16 juta.
Sebagai informasi, PT Pertamina PEP merupakan pelanggan tunggal atas penjualan minyak mentah tersebut untuk periode Januari-Juni 2015. Kini perusahaan hanya mencatat pendapatan dari pertambangan sebesar US$365 ribu dan jasa sewa sebesar US$111 ribu
Perusahaan juga masih membukukan rugi tahun berjalan sebesar US$4 juta. Meskipun demikian, kerugian ini menyusut jika dibandingkan rugi hingga US$13 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Mengecilnya kerugian ini terdorong beban pemeliharaan dan pengoperasian yang menciut hingga 94 persen menjadi US$443 ribu dari sebelumnya US$6,9 juta.
Grafik: Pergerakan Laba/Rugi Perusahaan dan Selisih Kurs BIPI 2012- Kuartal II 2016
Sumber: Bareksa.com
Dari sisi rasio utang, debt to equity rasio (DER) BIPI terus meningkat menjadi 2,53 kali seiring jumlah utang yang meningkat menjadi US$1,06 miliar atau naik 13,5 kali lipat jika dibandingkan utang tahun 2012 yang hanya sebesar US$78 juta.
Peningkatan rasio utang secara signifikan ini terjadi karena proses akuisisi Astrindo Mahakarya Indonesia (AMI), yang bergerak di bidang jasa tambang, senilai US$600 juta pada 2013. Astrindo memiliki klien pertambangan terbesar yakni Kaltim Prima Coal dan Arutmin, yang merupakan anak usaha dari PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Grafik: Pergerakan Debt to Equity Ratio (kali) BIPI 2012- Kuartal II 2016
Sumber: Bareksa.com