Bareksa.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki tiga perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ketiga badan usaha milik daerah (BUMD) tersebut konsistem membukukan kinerja yang cukup berkilau di masa kepemimimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Ketiga BUMD sekaligus emiten tersebut adalah PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON), PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA), dan PT Delta Djakarta Tbk (DLTA). Mereka ternyata memiliki kinerja yang cukup berkilau di masa kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Perusahaan-perusahaan ini konsisten membukukan kenaikan pendapatan sejak 2012. Kenaikan dimulai saat Jokowi dan Ahok menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta pada pertengahan 2012 dan berlanjut di masa Ahok menduduki kursi gubernur sejak 2014 lalu (lihat grafik).
Grafik: Pendapatan JKON, PJAA dan DLTA 2011 hingga Kuartal Kedua 2016 (Rp Miliar)
Sumber: Bareksa.com
Kinerja paling signifikan terlihat pada Jaya Konstruksi yang setiap tahunnya sejak 2012 mencatatkan kenaikan pendapatan. Pada akhir 2014, perusahaan konstruksi ini berhasil mengantongi pendapatan sebesar Rp4,7 triliun, naik 47 persen dibandingkan tiga tahun sebelumnya.
Salah satu faktor pendorong peningkatan pendapatan emiten konstruksi ini adalah bertambahnya jumlah proyek yang diperoleh dari Pemprov DKI. Sejak 2013 hingga kuartal II 2016, Jaya Konstruksi telah menerima pembayaran uang muka dari Pemda sebesar Rp48 miliar. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya (2010-2012), perseroan tidak pernah mencatatkan pembayaran uang muka serupa dari Pemprov DKI. Hal tersebut mendorong laba Jaya Konstruksi melesat 73 persen dalam waktu empat tahun (2012-2015).
Grafik: Pendapatan Diterima di Muka JKON 2013 Hingga 2015 (Rp miliar)
Sumber: Bareksa.com
Kinerja cemerlang tersebut masih terus berlanjut. Per semester pertama tahun ini, Jaya Konstruksi mencatat laba Rp20 miliar atau naik 53 persen sementara pendapatan meningkat 8 persen dibandingkan periode sama 2015.
Grafik: Laba JKON, PJAA dan DLTA 2011 hingga Semester I 2016 (Rp miliar)
Sumber: Bareksa.com
Kinerja pendapatan yang meningkat juga terlihat pada Jaya Ancol, yang mengelola Taman Impian Jaya Ancol di utara Jakarta. Selama empat tahun terakhir (2012-2015), tercatat peningkatan 21,2 persen pada pendapatan Jaya Ancol. Pada periode yang sama, laba Jaya Ancol meningkat lebih pesat yakni sebesar 79 persen.
Meskipun tidak dapat dikatakan perusahaan ini mendapat keuntungan langsung dari Pemprov DKI, saat ini Jaya Ancol sedang dalam tahap pembangunan pulau buatan atau reklamasi yang akan menjadi perluasan wilayah dari taman rekreasi yang dikelola perseroan. Izin reklamasi ini tentunya didapatkan dari Pemprov DKI Jakarta, meski sekarang masih ditunda penyelesaiannya.
Baca Juga: Reklamasi Teluk Jakarta: Ahok Terbitkan 4 Izin, Foke 14 Izin
Sementara itu, kinerja laba Jaya Ancol turun 57 persen menjadi Rp52 miliar pada semester pertama 2016 dari Rp121 miliar pada periode sama 2016, padahal penjualan perusahaan melonjak hingga 13 persen. Hal ini disebabkan pada tahun 2015, perusahaan mendapatkan pendapatan atas pengalihan dan penyerahan hak atas aset Sea World senilai Rp77 miliar.
Perusahaan yang terakhir, Delta Djakarta, memiliki kinerja yang cukup mengagumkan meskipun sempat terbentur regulasi pada 2015. Sepanjang empat tahun (2012-2015), produsen Anker Beer ini mencatat pertumbuhan pendapatan 23,9 persen dan peningkatan laba 31 persen. Padahal, pada 2015 terbit Peraturan Menteri Perdagangan yang melarang penjualan minuman beralkohol di minimarket yang menekan penjualan perseroan 20 persen sehingga laba turun 32,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Juga: Penjualan di Minimarket Dilarang, Ini Strategi Anker Beer Jaga Kinerja
Meskipun demikian, seiring dengan digantinya posisi Menteri Perdagangan, pemerintah pun memberikan rincian lebih tentang cara penjualan minuman beralkohol yang akhirnya bisa memulihkan kinerja Delta Djakarta pada tahun 2016. Sepanjang enam bulan pertama 2016, produsen bir ini berhasil membukukan kenaikan laba sebesar 49 persen menjadi Rp103 miliar dari sebelumnya Rp69 miliar, terdorong pendapatan perusahaan yang naik 24 persen menjadi Rp368 miliar dari sebelumnya Rp295 miliar. (hm)